REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) dan Amerika Serikat mengkritisi keputusan Turki dalam meninggalkan UN Women. Menurut Presiden AS Joe Biden, keputusan Turki untuk meninggalkan kesepakatan tersebut sangat mengecewakan.
"Di seluruh dunia, kami melihat peningkatan jumlah insiden kekerasan dalam rumah tangga, termasuk laporan meningkatnya femisida di Turki, negara pertama yang menandatangani konvensi ini," kata Biden dalam sebuah pernyataan dikutip dari The National News, Senin (22/3).
Menurutnya, setiap negara akan lebih baik jika bisa memperkuat dan memperbarui komitmen mereka dalam mengentaskan kekerasan terhadap perempuan. Hal itu, kata Biden, bisa dicapai dengan perjanjian internasional yang diwadahi tersebut.
Hal serupa juga ditegaskan UN Women yang meminta Turki untuk mempertimbangkannya kembali. UN Women dalam sebuah pernyataan pada Sabtu lalu, mendesak Turki untuk tetap mengikuti konvensi dan terus melindungi serta mempromosikan keselamatan hak-hak semua wanita dan anak perempuan.
"Kami membutuhkan tindakan yang lebih berani untuk memastikan bahwa perempuan dan anak perempuan hidup bebas dari kekerasan, sejalan dengan prinsip kesetaraan gender," kata badan PBB tersebut.
Seperti diketahui, Ankara mundur dari UN Women setelah kaum konservatif mengeluh bahwa hal itu merusak nilai-nilai keluarga dan mempromosikan homoseksualitas. Pejabat pemerintah Turki mengatakan, hukum domestik akan melindungi hak-hak perempuan.
Upaya mundurnya Turki tak lepas dari pandangan Presiden Turki Tayyip Erdogan. Turki menandatangani konvensi Dewan Eropa tersebut pada 10 tahun lalu saat diluncurkan di Istanbul.