REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa yang dijadwalkan berlangsung pada beberapa hari ke depan di Brussel tidak akan lagi diadakan secara langsung melainkan melalui konferensi video. Langkah ini diambil karena adanya percepatan gelombang ketiga virus corona di Eropa.
Kepala Dewan Eropa Charles Michel yang mengatur pertemuan para pemimpin Eropa membuat keputusan tersebut menyusul lonjakan kasus Covid-19 di negara-negara anggotanya. Hal ini dijelaskan melalui cuitan Juru bicaranya, Barend Leyts, Ahad (21/3).
Pertemuan tersebut dijadwalkan untuk membahas beberapa topik sensitif, termasuk hubungan yang memburuk dengan Rusia serta Turki, dan disorganisasi dalam tanggapan Uni Eropa terhadap pandemi.
Sebelumnya juga lima negara anggota Uni Eropa menyerukan pertemuan puncak tentang distribusi vaksin yang adil untuk melawan pandemi virus corona baru. Para pemimpin Austria, Republik Ceko, Bulgaria, Slovenia, dan Latvia mengirim surat kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel, meminta pertemuan tentang distribusi vaksin di seluruh blok tersebut. Mereka meminta agar pengiriman dosis oleh perusahaan farmasi ke negara anggota Uni Eropa dipenuhi dengan dasar yang sama mengikuti populasi secara merata.
Para diplomat Uni Eropa mengatakan bahwa para pemimpin pekan lalu mendesak Michel untuk membatalkan pertemuan tatap muka, meskipun ia berharap untuk memperketat langkah-langkah kebersihan untuk menghindari kembali ke konferensi video.
Para pemimpin hanya bertemu secara fisik beberapa kali sejak pandemi dimulai, terutama pertemuan secara maraton selama empat hari di bulan Juli untuk menyetujui rencana pemulihan 750 miliar euro. Para diplomat mengeluh bahwa topik yang membutuhkan diplomasi yang rumit tidak dapat ditangani dengan baik dalam konferensi video. Pertemuan tatap muka para pemimpin berikutnya dijadwalkan di Porto, Portugal pada 8 Mei.