Mendikbud Nadiem Makarim Dukung Pelestarian Aksara Jawa
Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar. | Foto: Prayogi/Republika.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menilai, pelestarian aksara Jawa sebagai upaya mutlak untuk mempertahankan eksistensi budaya Jawa di Tanah Air.
"Pelestarian aksara Jawa harus dipandang sebagai langkah yang mutlak harus dipertahankan untuk menjaga keberlangsungan kebudayaan Jawa," kata Nadiem saat memberikan sambutan dalam Kongres Aksara Jawa 1 yang digelar secara luring dan daring di Kota Yogyakarta, Senin (22/3).
Nadiem menyadari, dewasa ini, aksara Jawa harus bertahan dengan susah payah di dunia yang kini telah didominasi oleh aksara latin. Perkembangan teknologi informasi yang pesat pun, menurut dia, secara umum mengukuhkan dominasi tersebut. Sehingga, kondisi itu menyudutkan aksara Jawa.
Hal itu terlihat dari penggunaan aksara latin di sebagian platform aplikasi. "Aksara Jawa bersusah payah bertahan di tengah aksara latin yang kita gunakan sehari-hari," kata Nadiem.
Selain itu, ia menilai, masyarakat Jawa kini cenderung memakai bahasa Indonesia sebagai percakapan sehari-hari, yang akhirnya membuat aksara Jawa kian ditinggalkan oleh penuturnya. Menurut Nadiem, melestarikan aksara Jawa berarti merawat tubuh kebudayaan Jawa serta mendorong penciptaan aneka bentuk ekspresi yang semakin memperkaya kebudayaan Bangsa Indonesia.
Lebih dari sekadar memperkuat budaya bangsa, menurut Nadiem, Bahasa Jawa merupakan bagian penting dalam pendidikan budi pekerti sehingga eksistensi penggunaan aksaranya harus tetap dijaga. "Ke depan, kita harus mendorong kebudayaan Jawa yang semakin inklusif dan mendukung kedudukan aksara Jawa di tengah ekosistem kebahasaan dunia," kata Nadiem.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebutkan, selain menjaga keberadaan bahasa Jawa, Kongres Aksara Jawa juga berperan meningkatkan minat baca dan tulis bahasa Jawa, minimal untuk penuturnya. "Eksistensi bahasa minimal dipakai 10 ribu orang untuk memastikan transmisi ke generasi," ucap Sri Sultan.
"Bahasa daerah perlu didorong tetap hidup, terutama di lingkungan keluarga untuk diwariskan ke setiap penutur," ujar Raja Keraton Yogyakarta itu menambahkan.
Ketua Panitia Kongres Aksara Jawa 1, Setyo Prasojo menjelaskan, kongres yang akan berlangsung hingga 26 Maret 2021 itu bakal membahas berbagai hal meliputi transliterasi aksara Jawa-latin, tata tulis, digitalisasi, sampai kebijakan penggunaannya di ranah publik. Setyo mengatakan, empat hal itu akan dibahas dalam sidang komisi.
Setiap komisi diikuti 20 peserta luring dan 180 peserta daring. Sebelum kongres digelar, menurut dia, telah digelar diskusi kelompok terpumpun (focus gruop discussion) melibatkan pemangku kepentingan, akademisi, dan ahli.Kongres Aksara Jawa ini diikuti berbagai pihak.