Senin 22 Mar 2021 15:56 WIB

Legislator: PJJ Munculkan Persoalan Bagi Psikologis Anak

Pendampingan orang tua dalam pelaksanaan PJJ merupakan salah satu hal penting.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andi Nur Aminah
Pandemi covid-19, mengakibatkan beberapa kegiatan dibatasi termasuk dalam hal Pendidikan. Hingga saat ini, sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih tetap dilaksanakan mengingat belum adanya izin pelaksanaan kegiatan belajar melalui tatap muka.
Foto: istimewa
Pandemi covid-19, mengakibatkan beberapa kegiatan dibatasi termasuk dalam hal Pendidikan. Hingga saat ini, sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih tetap dilaksanakan mengingat belum adanya izin pelaksanaan kegiatan belajar melalui tatap muka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X DPR RI, Illiza Sa'aduddin Djamal mengungkapkan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) memunculkan berbagai persoalan krusial. Salah satunya yaitu munculnya persoalan terhadap psikologis anak.

"Pembelajaran jarak jauh memang memiliki permasalahan krusial selain, regulasi, kurikulum, sarana prasarana, sumber daya manusia, dan anggaran yaitu permasalahan psikologis," kata Illiza kepada Republika.co.id, Senin (22/3). 

Baca Juga

Ia menjabarkan hasil survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menunjukkan adanya permasalahan psikologis, dimana selama pembelajaran jarak jauh tidak terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik sebanyak 79,9 persen, dan hanya 20,1 persen terjadi interaksi. 

"Namun interaksi yang berlangsung hanya dalam bentuk chatting sebanyak 87,2 persen, zoom meeting sebanyak 20,2 persen, video call whatsApp sebanyak 7,6 persen," ujarnya. 

Menurutnya pendampingan orang tua dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh merupakan salah satu hal penting, umumnya dilakukan oleh ibu yang mendampingi siswa terutama pada jenjang SD dan SMP. Orang Tua dituntut untuk melakukan komunikasi dengan guru hingga turut membantu menjelaskan pelajaran sampai dengan mengerjakan tugas-tugas siswa. 

"Sedangkan peran serta orang tua dalam pembelajaran jarak jauh siswa jenjang menengah atas (SMA dan SMK) tergolong lebih rendah, umumnya hanya sebatas pengawasan dan tidak banyak terlibat dalam kegiatan belajar mengajarnya," ungkapnya. 

Terkait persoalan adiksi gawai yang menimpa anak-anak saat ini, legislator dapil Aceh tersebut menduga hal tersebut bisa jadi karena interaksi sosial anak yang kurang dengan komunitas sekolah maupun dengan lingkungan sekitar rumah. Pembatasan sosial serta PJJ dengan alasan untuk menghindari dan mengurangi penularannya adalah solusi klinis, akan tetapi peran serta orang tua dan masyarakat adalah jawaban atas permasalahan kecanduan gawai pada anak-anak. 

"Pengawasan dan pendekatan/interaksi yang optimal dari keluarga dan masyarakat dapat mengurangi kecanduan tersebut dengan cara mengalihkanya kepada hal-hal atau kegiatan yang bersifat positif," tuturnya.

Ia menilai gawai yang terhubung sistem daring dengan berbagai fitur ibarat pisau bermata dua. Selain bisa memberikan bermanfaat, juga bisa membahayakan kehidupan anak-anak. Oleh karena itu ia menilai peran orang tua /keluarga untuk lebih perhatian kepada anak-anaknya terhadap penggunaan Gadget sangat penting. 

"Orang tua harus bisa mengedukasi manfaat dan mudharatnya jika terlalu lama menggunakan gadget kepada anak," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement