Senin 22 Mar 2021 18:11 WIB

Erdogan Bawa Turki Jadi Kekuatan Baru Global

Turki bertransformasi jadi kekuatan baru politik militer dan ekonomi di bawah Erdogan

Rep: Anadolu/ Red: Elba Damhuri
Seorang wanita, mengenakan topeng berhias bendera Turki
Foto: AP/Emrah Gurel
Seorang wanita, mengenakan topeng berhias bendera Turki

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Turki di bawah kepemimpinan Presiden recep Tayyip Erdogan mendapat perhatian serius di level internasional. Turki ikut mendominasi isu politik ekonomi global dalam satu dekade ini, tidak hanya pada level Eropa dan Timur Tengah, namun sampai juga di Asia dan Afrika.

Turki bertransformasi menjadi sekutu sekaligus kompetitor Amerika Serikat (AS), Jerman, hingga Prancis. Turki dan Erdogan tidak bisa lagi dipandang sebelah mata bahkan oleh NATO sekalipun.

Baca Juga

Para ahli hubungan internasional di Indonesia mengatakan Turki telah menjadi kekuatan baru di North Atlantic Treaty Organization (NATO) bersama Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Para pakar dan analis hubungan internasional Indonesia berbicara kepada Anadolu Agency menyoroti hari jadi NATO ke-72 pada tanggal 4 April 2021, di mana Turki menjadi salah satu anggotanya.

Turki resmi bergabung sebagai anggota NATO pada era perang dingin pada 18 Februari 1952, bersama Yunani (1952), Jerman Barat (1955), dan Spanyol (1982)

Analis Timur Tengah Universitas Indonesia, Yon Mahmudi, mengatakan sebagai anggota NATO, Turki saat ini memainkan peran pengimbang antara kekuatan besar anggota NATO seperti AS.

Posisi Turki di NATO, kata Yon, sangat krusial sebagai kekuatan baru di luar Amerika Serikat (AS) dan beberapa anggota Uni Eropa.

"Turki menjadi penyeimbang antara AS, negara Uni Eropa, bahkan juga tidak di bawah bayang-bayang Rusia," kata Yon, ketika dihubungi Anadolu Agency, pada Senin.

Dengan perannya saat ini, Yon berharap Turki menjadi kekuatan baru yang menyuarakan kepentingan negara-negara non Barat, seperti di kawasan Timur Tengah dan Asia Pasifik.

"Turki diharapkan bisa membawa pendekatan 'soft power' dengan model dialog sehingga tidak terjadi pendekatan militer," kata Yon.

Di Asia Pasifik, kata Yon, di mana eskalasi konflik antara AS dan China semakin meningkat, Turki diharapkan bisa menghindari kawasan ini dari kondisi perang.

"Termasuk dalam konflik di Myanmar dan Laut China Selatan, ketika negara-negara besar anggota NATO menanamkan pengaruhnya, Turki bisa menjadi kekuatan pengimbang agar kawasan ini terhindar dari konflik besar," tambah Yon.

Ramdhan Muhaimin, pakar hubungan internasional Universitas Al Azhar Indonesia, mengatakan Turki di bawah pemerintah Erdogan mampu melesat dalam mempengaruhi politik global.

Bahkan, kata dia, tidak hanya kekuatan politik, Turki juga kini menjadi kekuatan baru ekonomi dan militer di kawasan.

“Ini bisa dilihat dari berbagai kebijakan militer dan ekonomi, industri dan pembangunan Erdogan,” ujar Ramdhan kepada Anadolu Agency, pekan lalu.

Turki memainkan peran besar dalam konflik 44 hari Azerbaijan-Armendia. Dengan persenjataan Drone Bayraktar TB2 buatan Turki yang dibeli oleh Baku, Azerbaijan berhasil mengakhiri pendudukan hampir tiga dekade beberapa kota dan 300 desa oleh Armenia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement