Senin 22 Mar 2021 18:16 WIB

Komunitas Bentuk Sekolah Sungai Cimanuk di Garut

Sekolah Sungai Cimanuk mengubah budaya agar masyarakat menghargai sungai dan air.

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Sejumlah siswa di Desa Sukasenang, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, terpaksa harus berangkat ke sekolah menggunakan rakit bambu untuk menyeberangi sungai. Hal ini terjadi karena di Sungai Cimanuk itu tidak dilengkapi dengan jembatan penghubung antar wilayah.
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Sejumlah siswa di Desa Sukasenang, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, terpaksa harus berangkat ke sekolah menggunakan rakit bambu untuk menyeberangi sungai. Hal ini terjadi karena di Sungai Cimanuk itu tidak dilengkapi dengan jembatan penghubung antar wilayah.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Komunitas Gabungan Anak Sunda (GAS) bersama sejumlah sukarelawan mendirikan Sekolah Sungai Cimanuk di Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Ahad (21/3). Pendirian sekolah itu dilakukan untuk memperingati Hari Air se-Dunia setiap 22 Maret setiap tahunnya. 

Sekolah itu didirikan seiring dengan sering munculnya tumpukkan eceng gondok dan sampah yang terbawa di aliran Sungai Cimanuk. Akibatnya, muncul kesan kumuh di bantaran sungai tersebut.

“Semua kalangan diharapkan bisa berpartisipasi dalam sekolah ini, biar masyarakat turut peduli akan lingkungan kita, dan lebih waspada terhadap bencana," kata Sekjen DPP Gabungan Anak Sunda (GAS), Mulyono Khadafi, melalui keterangan resmi, Senin (22/3).

 

photo
Anak-anak sekolah menengah pertama menyeberangi Sungai Cimanuk di Kampung Cijambe yang memisahkan Kecamatan Banyuresmi dan Karangpawitan. - (Republika/Fuji E Permana)

 

Menurut dia, pendirian Sekolah Sungai Cimanuk terinspirasi pada peringatan Hari Air Sedunia di Yogyakarta pada tahun lalu. Dengan sekolah itu, diharapkan anak-anak sungai menjadi sehat dan tidak lagi menjadi tempat sampah bahkan banjir di musim penghujan.

Mulyono menjelaskan, beberapa kegiatan yang akan dilakukan Sekolah Sungai Cimanuk antara lain membersihkan sungai di sekitar wilayah itu terutama tumpukkan sampah plastik, batang kayu, dan lainnya. Sungai yang kotor, akibat membuang sampah, limbah, harus menjadi perhatian dan kesadaran masyarakat, terutama anak muda. 

“Tugas kami bagaimana memahami tentang sungai, mencintai lingkungan, dan tentunya menanamkan semangat cinta lingkungan, demi kelangsungan wilayah yang sangat bertumpu kepada sungai ini,” ujar dia.

Dia berharap, dengan keberadaan sungai dapat dimanfaatkan sebagai media edukasi masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup melalui perilaku hidup bersih. Selain itu, Mulyono juga masyarakat dapat melakukan pengelolaan sebagai bentuk partisipasi. 

"Pengelolaan sungai saat ini tidak bisa hanya dibebankan pada pemerintah. Dengan masyarakat ikut berpartisipasi, kelestarian sungai tetap terjaga dan terawasi bersama," ujarnya.

Sekolah Sungai Cimanuk juga bertujuan untuk mengubah budaya agar masyarakat menghargai sungai dan air. "Bagi anak-anak sekolah, media sekolah sungai ini bisa menjadi opsi dalam mengaplikasikan cinta lingkungan,” kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement