Selasa 23 Mar 2021 05:05 WIB

Anjuran Rasulullah untuk Memperhatikan Tetangga

Tetangga termasuk orang yang paling utama untuk berbuat baik.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Anjuran Rasulullah untuk Memperhatikan Tetangga. Warga menggantungkan bungkusan bahan makanan gratis di tembok di Kampung Menayu, Magelang, Jawa Tengah.
Foto: Wihdan Hidayat/ Republika
Anjuran Rasulullah untuk Memperhatikan Tetangga. Warga menggantungkan bungkusan bahan makanan gratis di tembok di Kampung Menayu, Magelang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang Muslim hendaknya memperhatikan tetangganya. Hal ini sesuai dengan anjuran yang disampaikan oleh Rasulullah.

Berdasarkan pesan Telegram dari ustaz lulusan Universitas Islam Madinah Firanda Andirja dijelaskan,

Baca Juga

وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِـيْرَانَكَ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Dzarr radhiallahu anhu, beliau berkata, Rasulullah bersabda, "Jika engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya dan perhatikanlah tetangga-tetanggamu" (HR. Muslim).

Adapun Maraqah adalah air yang dimasak yang di dalamnya terdapat daging atau sayuran sehingga banyak kuahnya. Rasulullah menyuruh muslim, kalau memasak sayur atau daging diperbanyak kuahnya, sehingga sayur tersebut bisa dibagi-bagikan kepada tetangga. Hal ini akan menambahkan kasih sayang antara seseorang dengan tetangganya.

Kata Rasulullah,

وَتَعَاهَدْ جِـيْرَانَكَ

"Dan perhatikanlah tetangga-tetanggamu".

Artinya, berikanlah kepada mereka hadiah dari apa yang dimasak.

Hadits ini memberi anjuran kepada umat Islam untuk memperhatikan tetangga. Bahwasanya tetangga termasuk orang yang paling utama untuk berbuat baik.

"Terkadang timbul perselisihan antara seseorang dengan tetangganya disebabkan anak-anak misalnya atau suara-suara tertentu, hal-hal yang lain. Maka hal ini bisa dihilangkan dengan saling memberi hadiah. Karena tatkala seseorang memberi hadiah kepada tetangganya maka akan hilang suuzhan, kebencian, dan prasangka-prasangka yang buruk. Dengan adanya hadiah-hadiah tersebut berarti dia husnuzhan, dia tahu bahwasanya tetangganya telah perhatian terhadapnya," ucap ustaz Firanda.

Dia mengatakan, hadits ini merupakan contoh minimal, yaitu minimal seorang berbuat baik kepada tetangganya, meskipun hanya dengan berbagi kuah. Jadi, berdasarkan hadits ini tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk pelit.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement