Senin 22 Mar 2021 19:37 WIB

Saat Erdogan dan Turki Melawan Mekanisme Pasar Bebas

Turki menegaskan tidak ada tempat bagi sistem ekonomi dengan mekanisme pasar

Rep: Anadolu/Elba Damhuri/ Red: Elba Damhuri
Mata uang Turki, lira (ilustrasi)
Mata uang Turki, lira (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki menghadapi persoalan ekonomi sangat serius dalam beberapa tahun ini. Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut penyakit ekonomi Turki ini sebagai segitiga setan, meliputi inflasi tinggi, suku bunga tinggi, dan fluktuasi kurs mata uang lira.

Erdogan tidak bersedia mendengarkan masukan-masukan Barat untuk perbaikan ekonomi negaranya, dengan menerapkan mekanisme pasar ala ekonomi liberal. Erdogan dan Turki memilih caranya sendiri untuk memperbaiki perekonomian mereka.

Baca Juga

Turki pun kembali menegaskan tidak akan berkompromi dengan mekanisme pasar bebas karena negara itu mementingkan fungsi pasar yang efisien dan solid. 

Menteri Keuangan Turki Lutfi Elvan mengatakan rezim kebijakan pertukaran liberal akan terus berlanjut dengan tegas dan Turki tidak ada di pihak itu.

Elvan menekankan bahwa Turki akan mempertahankan kebijakan makroekonominya, serta memprioritaskan upaya disinflasi dengan tekad yang bulat sampai penurunan inflasi permanen tercapai.

"Kami akan terus menerapkan kebijakan fiskal untuk mendukung stabilitas harga dengan cara yang melengkapi kebijakan moneter," tutur dia.

Menyinggung paket reformasi ekonomi baru negara yang diumumkan pada 12 Maret, Elvan mengatakan paket itu akan semakin memperkuat fondasi struktural ekonomi negaranya dan meningkatkan ketahanannya terhadap guncangan.

Bank Sentral Republik Turki (CBRT) akan terus menggunakan transmisi kebijakan moneter secara efektif untuk mencapai penurunan inflasi permanen.

“Penurunan inflasi akan mendorong stabilitas makroekonomi melalui penurunan risiko dan perbaikan pembiayaan, dan akan berkontribusi pada pertumbuhan berkelanjutan yang akan meningkatkan investasi, produksi, ekspor dan lapangan kerja,” kata Gubernur Bank Sentral Turki, Sahap Kavcioglu, Ahad.

Kavcioglu, mantan anggota parlemen, ditunjuk untuk memimpin CBRT setelah pemecatan Naci Agbal pada Sabtu dini hari waktu Turki.

Selain menyempitkan kesenjangan industri keuangan dengan sektor riil, Turki pun menghadapi masalah serius terkait pengangguran. Dalam beberapa tahun ini angka pengangguran di Turki berada di angka dua digit.

Namun, seiring perbaikan ekonomi, jumlah pengangguran ikut turun. Pada 2020, tingkat pengangguran Turki turun 0,5 persen menjadi 13,2%.

Pada tahun lalu, jumlah pengangguran adalah 4,08 juta, turun dari 4,4 juta pada 2019, angka TurkStat menunjukkan.

Jumlah penganggur --usia 15 tahun ke atas-- tercatat 4,06 juta tahun lalu, turun dari 4,4 juta pada 2019.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement