REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan akan mendorong akses internet cepat di daerah 3 T (terdepan, terluar, tertinggal) untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital. Airlangga menjelaskan sebagai negara kepulauan, Indonesia memang memiliki tantangan pada konektivitas. Sehingga, menurutnya, hal tersebut harus ditangani secara khusus.
“Kita punya daerah yang terdepan dan juga tertinggal, sehingga yang terdepan dan tertinggal ini harus ditangani secara khusus, sehingga mereka secara digital tidak ketinggalan. Karena mereka bisa sangat mengikuti negara sebelah, negara tetangga. Nah, pemerintah kita mendorong daerah yang biasa disebut 3T untuk akses internetnya dipercepat,” ujar Airlangga dalam acara Indonesia Data and Economic Conference 2021 yang bekerja sama dengan East Ventures, Selasa (23/3).
Selain itu, Airlangga mengatakan pemerintah juga akan meningkatkan pendidikan literasi digital. Airlangga menilai literasi digital masyarakat di daerah 3T masih relatif lebih kecil.
“Sehingga ini kita harus melakukan tambahan edukasi, sehingga literasinya lebih tinggi, karena ini yang lebih murah seperti program PKH sembako itu melalui e-wallet digital, sehingga by name-by adress bisa terdata dan paymentnya diguarantee sampai. Nah, ini bisa dilakukan karena Kartu Prakerja network e-wallet, sehingga bantuan masyarakat bisa diterima langsung dalam hitungan detik. Jadi tidak lagi berproses melalui perbankan atau melalui pos. Jadi ini yang kita akan dorong,” katanya.
Airlangga menambahkan, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital, pemerintah juga akan membangun fasilitas data center di Indonesia. Pemerintah Indonesia akan membuat data center di tiga tempat.
"Kami dengan pemerintah Singapura bicara membuat data center di Batam, kemudian Jawa Barat dan satu daerah lain kami akan sediakan," kata Airlangga.
Mantan Menteri Perindustrian ini mengungkapkan saat ini pemerintah tengah menyiapkan kawasan yang akan dipilih sebagai prototipe tempat awal penerapan 5G. Menurutnya, penggunaan teknologi 5G merupakan keharusan bagi Indonesia.
“Bicara industry 4.0 mau enggak mau bicara 5G karena bicara autonomus enggak bisa gerak dengan 4G, semua autonomus gerak dengan 5G. Tapi kita tahu 5G biaya service lebih tinggi. Tapi tentunya dengan adanya produktivitas otomatisasi tentu kalangan industri mampu menggunakan fasilitas 5G itu,” ujarnya.