REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman memperpanjang lockdown dan memberlakukan beberapa pembatasan baru mulai 28 Maret hingga 18 April, untuk menurunkan tingkat infeksi virus Corona. Keputusan ini diambil setelah Kanselir Angela Merkel melakukan pertemuan virtual dengan 16 gubernur negara bagian.
Kasus virus Corona terus meningkat di Jerman. Varian baru virus Corona yang pertama kali terdeteksi di Inggris telah menyebar ke Jerman dan jumlah kasus harian per kapita di negara itu telah melampaui Amerika Serikat.
"Kami pada dasarnya memiliki pandemi baru. Intinya kami memiliki virus baru, jelas dari jenis yang sama tetapi dengan karakteristik yang sama sekali berbeda. Secara signifikan lebih mematikan, secara signifikan lebih menular (dan) menginfeksi lebih lama," ujar Merkel.
Tingkat infeksi pekanan per 100.000 orang mencapai 107 secara nasional pada Senin (22/3). Jumlah tersebut naik dari sekitar 60 kasus pada tiga minggu lalu. Para pejabat sepakat untuk melakukan penguncian total mulai 1-3 April, dengan menutup sebagian besar toko selam periode libur Paskah. Sementara, pertemuan publik akan dilarang mulai 1-5 April, untuk mendorong orang agar tetap tinggal di rumah.
Di tengah kekhawatiran meningkatnya jumlah orang Jerman yang bepergian ke luar negeri pada hari libur, pihak berwenang menyetujui persyaratan tes Covid-19 sebelum menaiki penerbangan ke Jerman. Merkel mengatakan, Jerman memiliki angka kematian yang relatif rendah pada fase pertama pandemi musim semi lalu. Namun di sisi lain, jumlah kasus virus korona yang terus meningkat menunjukkan bahwa ada kemunduran dalam penanganan pandemi.
Merkel optimistis, situasi di Jerman akan membaik seiring dengan peningkatan jumlah vaksinasi Covid-19. Kampanye vaksinasi Jerman sejauh ini masih belum optimal dan tidak sesuai target. Hingga saat ini sekitar 9 persen dari populasi Jerman telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19. Sedangkan sekitar 4 persen populasi telah menerima dosis kedua pada Ahad (21/3). "Ini sulit dan lebih lama dari yang kita duga," kata Merkel.
Ketika ditanya tentang rencana Uni Eropa (UE) membatasi ekspor vaksin, Merkel mengatakan, upaya komisi Eropa untuk memastikan bahwa kontrak pengiriman vaksin terpenuhi. Inggris memprotes rencana UE karena khawatir tidak akan menerima pasokan vaksin. Merkel mengatakan, dirinya dan Presiden Prancis Emmanuel Macron masing-masing telah berbicara dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tentang masalah tersebut. Para pemimpin UE akan membuat keputusan pada pertemuan puncak yang digelar secara virtual pada Kamis (25/3) mendatang.