REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Militer Myanmar menuduh para demonstran antijunta melakukan pembakaran dan kekerasan hingga mengakibatkan 164 pengunjuk rasa tewas dalam tindakan yang brutal itu.
"Mereka juga warga kami," kata juru bicara junta Zaw Min Tun dalam konferensi pers di Ibu Kota Naypyidaw, Selasa (23/3).
Meskipun menyatakan kesedihan atas banyaknya korban jiwa, Zaw Min Tun menyalahkan aksi unjuk rasa yang juga menewaskan sembilan anggota pasukan keamanan. "Bisakah kita menyebut mereka pengunjuk rasa damai? Negara atau organisasi mana yang menganggap kekerasan ini damai?" kata dia sambil menunjukkan video beberapa pabrik yang terbakar.
Dia mengatakan pemogokan dan rumah sakit yang tidak beroperasi sepenuhnya telah menyebabkan kematian, termasuk akibat Covid-19. Ia juga menyebut para pengunjuk rasa tidak pantas dan tidak etis.
Junta telah mencoba untuk membenarkan kudeta yang mereka lancarkan pada 1 Februari 2021, dengan mengatakan pemilu pada November 2020 yang dimenangkan oleh Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) pimpinan Aung San Suu Kyi adalah kecurangan. Para pemimpin militer telah menjanjikan pemilu ulang, tetapi belum menetapkan tanggal.