Rabu 24 Mar 2021 06:13 WIB

Utang Luar Negeri Naik Lagi, Tembus Rp 6.361 Triliun

Menkeu Sri Mulyani tetap mewaspadai utang luar negeri meski peringkat utang baik

Utang Luar Negeri Indonesia: Peningkatan utang luar negeri
Foto: republika
Utang Luar Negeri Indonesia: Peningkatan utang luar negeri

REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh Novita Intan

Utang luar negeri Indonesia kembali naik per akhir Februari 2021. Kenaikan utang ini terjadi karena kebutuhan tinggi akibat defisit APBN.

Baca Juga

Kementerian Keuangan mencatat posisi utang Indonesia mencapai Rp 6.361 triliun per akhir Februari 2021. Angka ini meningkat Rp 128 triliun dari periode Januari 2021 sebesar Rp 6.233 triliun.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, pihaknya bersama DPR harus merancang dan selanjutnya bisa mengelola posisi utang tersebut.

"Posisi per akhir Februari untuk pembiayaan anggaran sudah berhasil menutupi sebesar Rp 273,1 triliun. Ini sesuai rencana kita untuk bagaimana mencari atau menutup defisit sampai akhir tahun," kata Luky saat konferensi pers APBN KITA secara virtual, Selasa (23/3).

Postur APBN memang masih memiliki celah defisit besar. Pada APBN 2021, Kementerian Keuangan mencatatkan defisit anggaran 5,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) atau Rp 1.006 triliun.

Hingga Februari 2021, defisit APBN sudah mencapai Rp 63,6 triliun atau 0,3 persen dari GDP. Jumlah ini berasal dari pendapatan negara sebesar Rp 219,2 triliun dengan belanja yang keluar sebesar Rp 282,7 triliun.

Baca juga : Terkoreksi Lagi, Harga Emas Antam Anjlok Rp 8.000 per Gram

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan selama ini pemerintah tidak hanya mengandalkan utang untuk pembiayaan defisit APBN dan menjalankan pembangunan infrastruktur.

"Pembiayaan APBN kita juga mengandalkan penerimaan pajak," kata Suahasil.

Bank Indonesia (BI) selaku regulator moneter yang mengatur peredaran uang menyebut struktur utang luar negeri (ULN) Indonesia masih sehat. Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, mengatakan tetap sehatnya struktur utang karena didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. 

Struktur ULN yang sehat tersebut, jelas Erwin, tecermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Januari 2021 yang tetap terjaga di kisaran 39,5 persen, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 39,4 persen.

Struktur ULN Indonesia yang tetap sehat juga tecermin dari besarnya pangsa ULN berjangka panjang yang mencapai 89,4 persen dari total ULN. 

Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Erwin menjelaskan Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.

Baca juga : Marzuki Cs Batal Gugat, Demokrat AHY: Mereka Akhirnya Sadar

"Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," kata Erwin.

Waspadai Utang Luar Negeri

Lembaga pemeringkat utang, Fitch, mempertahankan peringkat utang Indonesia atau sovereign credit rating pada peringkat BBB (investment grade) dengan outlook stabil. 

Fitch menilai faktor kunci yang mendorong afirmasi peringkat Indonesia adalah prospek pertumbuhan ekonomi jangka menengah yang baik serta beban utang pemerintah yang rendah, meskipun meningkat.

Fitch menggarisbawahi.....

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement