REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian menyebut, virus penyebab flu dapat secara efektif mengeluarkan virus Covid-19 dari sel-sel tubuh. Selama ini, beberapa virus bersaing untuk dapat menginfeksi tubuh.
Para ilmuan dari Universitas Glasgow mengatakan, virus penyebab pilek, rhinovirus, mampu mengalahkan virus corona. Sel-sel di hidung, tenggorokan, dan paru-paru seperti deretan rumah. Begitu virus masuk ke dalam, dia dapat menahan pintu tetap terbuka untuk membiarkan virus lain masuk, atau dapat menutup pintu dan menyimpan rumah untuk dirinya sendiri.
Dilansir BBC pada Rabu (24/3), penelitian menyebutkan bahwa influenza adalah salah satu virus yang paling “egois” dan hampir selalu menginfensi sendirian. Sementara yang lainnya, seperti adenovirus (virus mirip flu), tampaknya lebih suka berbagi rumah.
Ada banyak spekulasi tentang bagaimana virus penyebab Covid-19 atau yang dikenal sebagai Sars-CoV-2 masuk ke dalam dunia misterius “interaksi virus-virus”. Tantangan bagi para ilmuwan adalah bahwa satu tahun jarak sosial telah memperlambat penyebaran semua virus dan membuatnya lebih sulit untuk dipelajari.
Tim di Pusat Penelitian Virus di Glasgow menggunakan replika lapisan saluran udara manusia, yang terbuat dari jenis sel yang sama, kemudian menginfeksinya dengan Sars-CoV-2 dan rhinovirus. Rhinovirus merupakan salah satu infeksi paling luas di dunia dan penyebab flu biasa.
Penelitian itu menunjukkan jika rhinovirus dan Sars-CoV-2 dilepaskan secara bersamaan, ternyata hanya rhinovirus yang berhasil menginfeksi tubuh. Jika rhinovirus dimulai 24 jam lebih awal, Sars-CoV-2 tidak akan terlihat. Bahkan, ketika Sars-CoV-2 memiliki waktu 24 jam untuk memulai infeksi, rhinovirus mampu menghentikannya.
"Sars-CoV-2 tidak pernah lepas landas, sangat dihambat oleh rhinovirus," kata salah satu tim peneliti, dr Pablo Murcia.
Dia menyebutkan, temuan itu sangat menarik karena jika seseorang memiliki prevalensi rhinovirus yang tinggi, virus itu dapat menghentikan infeksi Sars-CoV-2 yang baru. Efek serupa telah terlihat sebelumnya. Wabah rhinovirus yang besar mungkin telah menunda pandemi flu babi pada 2009 di beberapa bagian Eropa.
Eksperimen lebih lanjut menunjukkan rhinovirus memicu respons kekebalan di dalam sel yang terinfeksi, yang memblokir kemampuan Sars-CoV-2 membuat salinan dirinya sendiri. Namun, Covid-19 dapat menyebabkan infeksi lagi setelah flu berlalu.
“Vaksinasi, ditambah tindakan kebersihan, ditambah interaksi antara virus dapat menurunkan insiden Sars-CoV-2 secara besar-besaran, tetapi efek maksimum akan datang dari vaksinasi,” ujar Murcia.
Profesor dari Fakultas Kedokteran Warwick, Lawrence Young, mengatakan, rhinovirus pada manusia merupakan penyebab tersering dari flu biasa, yang sangat mudah menular. Menurut dia, penelitian itu menunjukkan bahwa infeksi umum tersebut dapat memengaruhi beban Covid-19.
Kemudian, juga memengaruhi penyebaran Sars-CoV-2, terutama selama bulan-bulan musim gugur dan musim dingin, ketika pilek musiman lebih sering terjadi. Dokter dari Public Health England, Susan Hopkins, memperingatkan lonjakan flu musiman.
“Kami bisa melihat lonjakan flu. Kami bisa melihat lonjakan virus pernapasan lain dan patogen pernapasan lainnya," kata dia.