Rabu 24 Mar 2021 16:13 WIB

Anak Diduga Bunuh Ayah di Malang Ditangkap di Kebun Tebu

Sebelum ditangkap, A sempat terjatuh dari motor dan lari ke perkebunan tebu.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Garis Polisi (ilustrasi)
Foto: Antara/Irsan Mulyadi
Garis Polisi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Anak yang diduga membunuh ayahnya di Kabupaten Malang telah ditangkap, Rabu (24/3) pukul 08.30 WIB. Penangkapan dilakukan aparat bersama warga tidak jauh dari tempat kejadian perkara (TKP).

Kepala Desa (Kades) Bumirejo Sugeng Wicaksono mengatakan, pelaku A ditangkap sekitar 500 meter dari TKP. Lokasi pembunuhan sendiri terjadi di kediaman A wilayah Bumirejo, Dampit, Kabupaten Malang. "Ditangkap di perkebunan tebu, yang ada bambu-bambunya," kata Sugeng saat dihubungi wartawan, Rabu (24/3).

Pada pukul 07.00 WIB, aparat mendapatkan informasi bahwa A berada di wilayah Krebet, Bululawang, Kabupaten Malang. Kemudian dipantau terus sampai A dilaporkan kembali ke Bumirejo. Aparat dan warga sekitar langsung siap siaga untuk menangkap pelaku.

Tidak ada perlawanan saat aparat dan warga mencoba menangkap A. Namun, sebelum ditangkap, A sempat terjatuh dari motor yang dikendarainya kemudian lari ke arah perkebunan tebu.

Berdasarkan pengamatan Sugeng, A tidak terlihat membawa senjata tajam saat ditangkap aparat kepolisian. "Cuma bawa motor sama tas kecil. Tapi tas kecilnya waktu itu belum diperiksa apa isinya," kata dia menambahkan.

Sebelumnya, seorang anak petani berinisial A diduga telah membunuh ayahnya, Tamin di Bumirejo, Dampit, Kabupaten Malang. Pada saat kejadian, warga sekitar sempat mendengar minta tolong pada Selasa (23/3) pukul 01.00 WIB. Tetangga yang mendengar tersebut langsung menghubungi Pak Tamin tapi tidak diangkat karena ponsel korban tertinggal di rumah istri.

"Diangkatlah sama istrinya, menyampaikan Pak Tamin sedang //ngetan//, itu bahasa rumah sini (rumah Pak Tamin kedua yang ditempati A)," kata Sugeng kepada wartawan di Dampit, Kabupaten Malang, Selasa (23/3).

Pak Tamin memiliki kebiasaan untuk menengok anaknya di rumah kedua setiap pukul 00.00 sampai 04.00 WIB. Namun Pak Tamin tidak kunjung kembali sehingga saudaranya pun menengoknya. Selanjutnya, Pak Tamin ditemukan dalam keadaan sudah meninggal dan bersimbah darah.

Menurut Sugeng, A merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. A dilaporkan mengalami depresi selama beberapa tahun terakhir. Tidak diketahui pasti alasannya di balik depresi tersebut, tapi tingkat depresi A semakin parah setelah ditinggal pisah istrinya.

Sugeng mengungkapkan, tingkat depresi A biasanya hanya diungkapkan melalui teriakan di malam hari. Namun sekitar satu sampai dua bulan lalu, A dilaporkan sempat membawa senjata tajam sehingga dibawa ke RSJ. Tiga hari kemudian, kesehatan jiwa A dinyatakan sudah lebih baik sehingga dikembalikan ke rumah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement