REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengemukakan hanya 24 persen penderita tuberkulosis (TB) di Indonesia yang mengakses fasilitas layanan kesehatan. "Kalau melihat kajian analisis perjalanan pasien tuberkulosis, diketahui ada 24 persen orang dengan gejala yang mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)," katanya saat membuka acara Pekan Temu Berbagi Pengetahuan untuk Sejawat (TBPS) "Bersama Eliminasi TBC dan Lawan COVID-19, Bangun Bangsa Sehat dan Berprestasi" secara daring, Rabu (24/3).
Artinya, kata dia, hanya 24 persen orang yang mengenali gejala bahwa dia sakit TB dan kemudian mendatangi fasyankes untuk memeriksakan dirinya. Dari hasil kajian yang sama, Nadia juga dilaporkan 74 persen orang akan mencari pengobatan di fasilitas kesehatan milik swasta, baik pemberi pelayanan kesehatan formal maupun informal.
"Sementara kita ketahui kapasitas diagnostik di fasilitas kesehatan sektor swasta formal masih sangat terbatas," katanya.
Hasil lain dari kajian tersebut dilaporkan ada dua persen orang dengan gejala TB mencari pengobatan di dokter umum dan klinik pratama. Sedangkan sisanya 59 persen berada di rumah sakit.