REPUBLIKA.CO.ID, GOTEBORG -- Saham Volvo, perusahaan pembuat truk Swedia, turun 7 persen pada Selasa (23/3). Penurunan itu menandakan adanya pukulan substansial pada produksi kuartal kedua mereka karena kekurangan semikonduktor global.
Perusahaan yang memiliki 18 fasilitas produksi secara global itu terpaksa harus memangkas produksi di pabrik-pabriknya di Belgia dan Brasil. Analis Deutsche Bank memperkirakan bahwa Volvo akan mengurangi produksi 16.000 truk di kuartal kedua dan pendapatan konsensus bisa turun 4-7 persen tahun ini.
Perusahaan Swedia, saingan Daimler dan Traton Jerman itu mengatakan pada Senin malam bahwa visibilitas ke dalam rantai pasokan semikonduktor sangat rendah. Ini akan berdampak pada area bisnis grup lainnya.
Dengan asumsi empat minggu penjualan yang hilang di Eropa dan Brasil dan penurunan lebih dari 30 persen, dampak kerugiannya akan menjadi 3,6 miliar krona Swedia (Rp 6 triliun) pada pendapatan kuartal kedua, belum termasuk bunga dan pajak, menurut analis Citi. Di sisi lain, kekurangan semikonduktor telah melanda produsen mobil global, memaksa mereka untuk memotong atau menghentikan produksi karena pasokan chip yang tersedia dipesan oleh pembuat elektronik konsumen seperti smartphone, pelanggan yang disukai industri chip karena mereka membeli chip yang lebih canggih, dengan margin lebih tinggi.
Produsen mobil AS seperti General Motors dan Ford, Volkswagen Jerman, dan Honda Motor Jepang semuanya mengalami penurunan produksi. Volvo Cars, yang dimiliki oleh Geely Holdings China, juga mengatakan akan menghentikan sementara atau menyesuaikan produksi di China dan Amerika Serikat untuk sebagian bulan Maret.