Rabu 24 Mar 2021 21:42 WIB

Indramayu Tolak Impor Beras

Penolakan impor disebut sebagai perlindungan kepada petani di Kabupaten Indramayu.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kepala Perum Bulog cabang Indramayu Dadan Irawan memeriksa stok beras impor di Gudang Bulog Tegalgirang, Bangodua, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (23/3/2021). Stok beras impor 2018 dari Vietnam masih melimpah hingga mencapai 5.000 ton yang disebabkan belum seluruhnya tersalurkan sejak terhentinya program beras miskin (raskin) dan beralih ke program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Foto: Dedhez Anggara/ANTARA
Kepala Perum Bulog cabang Indramayu Dadan Irawan memeriksa stok beras impor di Gudang Bulog Tegalgirang, Bangodua, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (23/3/2021). Stok beras impor 2018 dari Vietnam masih melimpah hingga mencapai 5.000 ton yang disebabkan belum seluruhnya tersalurkan sejak terhentinya program beras miskin (raskin) dan beralih ke program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Pemkab Indramayu menolak rencana impor beras. Sikap penolakan itu disebut diambil sebagai bentuk perlindungan kepada petani di Kabupaten Indramayu yang akan segera memasuki panen raya pada April.

Bupati Indramayu Nina Agustina menyampaikan itu Rabu (24/3) sore. Ia didampingi Wakil Bupati Indramayu Lucky Hakim, dan Sekretaris Daerah Rinto Waluyo. "Indramayu menolak rencana impor beras karena hal itu sangat merugikan petani kami,’’ tegas Nina.

Nina menyebutkan, data hasil panen Kabupaten Indramayu mencapai 1,7 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan untuk konsumsi warga Indramayu hanya 250 ribu ton per tahun.

Sedangkan serapan Bulog hanya mencapai 35 ribu ton per tahun. Kondisi itu menyebabkan produksi padi di Kabupaten Indramayu surplus setiap tahunnya. "Produksi padi kami sudah surplus. Kalau ditambah masuknya beras impor, akan sangat berdampak bagi petani,’’ tukas Nina.

Terpisah, Wakil Pemimpin Bulog Cabang Indramayu, Tirta Duwinta, menyebutkan, stok beras di Bulog Indramayu hingga kini masih menumpuk di gudang sejak 2018 hingga sekarang.

"Ada 37 ribu ton beras yang masih tersimpan di gudang Bulog Indramayu,’’ ujar Tirta, didampingi Kasi Pengadaan Bulog Indramayu, Nanang Setiawan, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (12/3).

Tirta menyebutkan, stok beras sebanyak 37 ribu ton itu berasal dari stok pada 2018, 2019 dan 2020. Jumlah itupun dipastikan akan terus bertambah mengingat penyerapan beras pada tahun ini mulai berjalan sejak 10 Maret 2021.

Tirta mengatakan, dari total stok 37 ribu ton itu, yang berasal dari stok 2018 jumlahnya ada sekitar 17 ribu ton. Sedangkan lainnya berasal dari stok 2019 dan 2020. "Beras impor dari luar negeri yang masuk pada 2019 silam juga masih ada di gudang,’’ terang Tirta.

Menurut Tirta, stok beras tersebut tersimpan di delapan gudang Bulog Indramayu yang tersebar di berbagai kecamatan. Dia menyebutkan, kapasitas gudang-gudang Bulog itu rata-rata terisi 40–70 persen.

Sementara itu, Pimpinan Bulog Cabang Indramayu, Dadan Irawan, mengakui, beras yang sudah tersimpan lama di gudang telah mengalami penurunan mutu. "Namanya beras ya, kalau disimpan lama sudah mengalami turun mutu. Jadi yang tahun 2018 sebagian besar sudah mengalami turun mutu,’’ kata Dadan.

Saat disinggung apakah beras impor tidak laku di pasaran, Dadan tidak memungkiri hal tersebut. Kondisi stok beras itu pun menimbulkan kekhawatiran menyebarkan hama ke stok baru mengingat usianya yang sudah terlalu lama.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement