REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru yang dirilis oleh CDC menyimpulkan bahwa perempuang lebih mungkin mengalami efek samping setelah menerima vaksin Covid-19. Menurut studi First Month of Covid-19 Vaccine Safety Monitoring yang diterbitkan bulan lalu tersebut, 79 persen laporan efek samping serius yang disebabkan vaksin Pfizer dan Moderna dialami oleh wanita.
Studi selama sebulan mengikuti 13.794.904 orang Amerika pertama yang menerima vaksin Pfizer dan Moderna. Studi mencatat bagaimana mereka bereaksi terhadap suntikan dari 14 Desember 2020 hingga 13 Januari 2021. Orang-orang melaporkan gejala mereka menggunakan sistem pelaporan kejadian buruk vaksin atau VAERS untuk penelitian (sistem VAERS juga memantau efek vaksin pada tubuh).
Selama waktu tersebut, efek samping yang paling sering dilaporkan adalah sakit kepala, kelelahan, dan pusing, bersama dengan 62 kasus anafilaksis. Sekitar 113 total kematian juga dilaporkan pada akhir penelitian, termasuk 78 di antaranya merupakan penghuni fasilitas perawatan jangka panjang yang ikut divaksin.
Pada akhir penelitian ditemukan bahwa efek samping vaksin banyak dilaporkan oleh wanita. Ada 62,1 persen dari peserta penelitian yang sebenarnya adalah wanita. Para ahli telah menunjukkan perbedaan sistem kekebalan antara pria dan wanita sebagai alasan mengapa satu jenis kelamin melaporkan lebih banyak gejala.
"Kami melihat lebih banyak penyakit autoimun pada wanita daripada pada pria. Dan kami tahu efek kehamilan pada sistem kekebalan dapat menjadi signifikan," ungkap salah seorang dokter penyakit menular di University of North Carolina di Chapel Hill School of Medicine, David Wohl kepada ABC7, dilansir dari refinery29, Rabu (24/3).
Dia juga menjelaskan bahwa wanita lebih cenderung melaporkan gejala mereka ke profesional medis dibandingkan pria. Ahli mikrobiologi dan imunologi yang juga bekerja di Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg, Sabra Klein, PhD, mengatakan, perbedaan jenis kelamin tentang pengaruh vaksin bahwa hal itu sesuai dengan laporan di masa lalu dari vaksin lainnya.
“Ada manfaatnya, yakni untuk mempersiapkan wanita dengan lebih baik, sehingga mereka mungkin mengalami lebih banyak reaksi yang merugikan. Itu normal, dan kemungkinan mencerminkan kerja sistem kekebalan mereka,” kata dia.
Sejak studi ini berakhir, vaksin Covid-19 Johnson&Johnson telah diberikan persetujuan untuk digunakan di AS, dan AstraZeneca mengajukan permohonan persetujuan pada April. Kelayakan vaksin saat ini berbeda-beda di setiap negara bagian, tetapi banyak pekerja garis depan, pegawai pemerintah, dan pegawai lainnya, serta orang-orang yang berusia di atas 60 tahun diberi prioritas.