REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak pandemi Covid-19 merebak, pianis klasik Indonesia Jonathan Kuo sudah beberapa kali menggelar konser virtual. Pertunjukannya yang keempat bakal berlangsung April mendatang, kolaborasi bersama Jakarta Sinfonietta.
Sebelumnya, pemuda asal Bandung tersebut sudah menggelar tiga kali resital daring. Salah satunya digelar bersama House of Piano (part of Steinway and Sons Indonesia), dan lainnya bersama Jakarta Conservatory of Music (JCoM).
Jonathan mengungkap perbedaan utama konser musik klasik di tengah pandemi. Hal yang paling mencolok adalah ketidakhadiran penikmat musik. Jika biasanya ada interaksi langsung dengan penonton, tidak demikian pada pertunjukan daring.
Pemuda yang biasa disapa Jo itu sangat merindukan tampil langsung di hadapan penikmat musik. Meski hal itu belum memungkinkan, Jonathan tetap senang bisa mengekspresikan diri lewat musik, meski secara live streaming.
Terlepas dari kondisi itu, secara umum hal lain tetap sama. "Persiapan sama kayak konser lainnya, tetap harus latihan. Persiapan konser nanti sudah tiga bulan, lumayan pressure tapi semangat banget," ujarnya.
Jonathan mengaku tidak memiliki ekspektasi dan target apapun terkait jumlah penonton konser virtualnya. Menurut dia, yang utama adalah bisa melakukan sesuatu yang disenangi dan mempersembahkan penampilan yang terbaik.
Pimpinan Jakarta Sinfonietta, Iswargia R Sudarno, menjelaskan perbedaan lain dalam penyelenggaraan konser musik klasik secara virtual. Menurut dia, persiapan dan protokol kesehatan yang diterapkan jauh lebih rumit.
Pada setiap sesi latihan, seluruh tim harus melakukan tes Covid-19 dan memiliki hasil yang dinyatakan negatif. Begitu pula pada latihan untuk konser mendatang bersama Jonathan yang bertajuk "The Russian Connections".
Untuk program lagu yang dimainkan, pada saat normal idealnya ada 60 musisi yang tergabung dalam orkestra. Karena ada aturan pembatasan jarak antarmusisi di panggung, di pertunjukan mendatang total hanya 47 musisi yang terlibat.
Pengaturan itu diberlakukan supaya para musisi tetap bisa duduk berjauhan dan tidak terlalu dekat satu sama lain di panggung. Dengan berbagai penyesuaian yang ada, Iswargia tetap merasa konser virtual perlu dilaksanakan.
Tujuan pertama sebagai wadah bagi para musisi agar bisa tetap berkarya. Jika terlalu lama tidak tampil, kepiawaian bermusik bisa saja tidak terasah. Selain itu, konser daring bisa menjaga apresiasi masyarakat terhadap karya musik.
"Untuk masyarakat, supaya tidak terlalu lama kehilangan kontak dengan musik klasik. Apalagi, di Indonesia pengetahuan tentang musik klasik masih terus berkembang, harus selalu digencarkan," kata Iswargia pada konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (23/3).