REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Sulawesi Selatan (Sulsel) menyiapkan tanaman porang berkualitas dan memenuhi standar keamanan pangan untuk bisa diekspor ke Cina. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Sulsel, Andi Ardin Tjatjo mengemukakan, pihaknya telah mengedukasi para petani agar mengurangi penggunaan bahan kimia selama proses penanaman porang sebagai komoditi ekspor.
Hal itu ditekankan karena adanya penolakan penerimaan dari negara Cina terhadap tanaman porang Indonesia yang didapati tidak memenuhi standar keamanan pangan. Sementara, Cina merupakan negara tujuan dengan permintaan tanaman porang terbesar untuk Indonesia, volumenya mencapai 90 persen.
"Maka upaya kami tentu mengedukasi dan mensosialisasikan kepada para petani porang agar mengurangi penggunaan bahan kimia dalam proses aktivitas bertani, sebab tentu ini akan berdampak pula pada penerimaan hasil pertanian porang mereka masing-masing," jelas Ardin di Makassar, Rabu (24/3).
Pada pertengahan 2020, permintaan tanaman porang mengalami kendala dan tidak bisa menembus pasar ekspor negara Tirai Bambu tersebut. Untungnya, pasokan ekspor yang telah tersedia bisa dialihkan ke Vietnam sesuai permintaan.
Tahun ini, pemerintah pusat dan daerah mengupayakan agar penerimaan porang di Cina kembali seperti semula. "Kita usahakan bagaimana persyaratan dari Cina bisa kita penuhi, caranya dengan memperkuat intelegen pasar kita. Kita koordinasikan ke kabupaten untuk ekspor itu bisa terbuka jika penanaman porang sesuai dengan standar pangan yang ada," urainya.
Ardin mengungkapkan, Cina meminta agar ekspor pangan disesuaikan
dengan UU komoditi ekspor pangan yang telah dimiliki Indonesia. UU tersebut dinilai telah sesuai standar dan aturan kandungan tanaman porang sebagai pangan untuk makanan pokok di negara Cina.
"Di dalamnya sudah ada aturan yang mengatur kandungan pangan ekspor, mereka minta ikuti itu. Makanya kita harus melakukan penyuluhan untuk mengikuti bahan pangan ekspor sesuai standar dan ketentuan kita sendiri. Jangan kita yang buat, tetapi kita juga yang langgar," jelas Ardin.
Tanaman porang menjadi komoditi ekspor baru di Sulsel sejak tahun 2018. Hal itu mencuri perhatian petani untuk dikembangbiakkan porang. Tidak sedikit petani jagung maupun padi beralih ke tanaman porang.
Apalagi, nilai jual dari petani ke industri maupun eksportir terbilang besar, yakni sekitar Rp 10 ribu per kg. Sedangkan volume pengiriman tanaman porang khusus Sulsel mencapai 110 ribu ton.
Kemudahan dalam pengelolaan hasil tanaman porang juga mendapat perhatian pemerintah melalui dana KUR. Tercatat BNI telah mengucurkan dana sebesar Rp 300 miliar khusus bagi petani porang.
Tanaman porang yang biasanya dipanen pada awal April akan mulai dikirim dua hingga tiga pekan selanjutnya usai memenuhi proses. Negara tujuan ekspor tanaman porang dari Indonesia yakni Cina, Taiwan, Thailand, Jepang, dan lainnya.