Kamis 25 Mar 2021 06:54 WIB

Pos Indonesia Optimistis Bansos Tunai Bantu Gerakkan Ekonomi

PT Pos Indonesia menjadi lembaga penyalur BST sebesar Rp 300 ribu per kepala keluarga

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Petugas PT POS (kiri) mendata identitas warga penerima manfaat saat penyaluran bantuan sosial tunai (BST) untuk keluarga terdampak pandemi di halaman SD Negeri Kilasah, di Kasemen, Serang, Banten, Sabtu (13/2/2021). Dinsos Provinsi Banten mencatat terdapat 315.250 KK akan mendapat BST mulai Januari hingga April 2021 sebesar Rp300 ribu per-KK perbulan.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Petugas PT POS (kiri) mendata identitas warga penerima manfaat saat penyaluran bantuan sosial tunai (BST) untuk keluarga terdampak pandemi di halaman SD Negeri Kilasah, di Kasemen, Serang, Banten, Sabtu (13/2/2021). Dinsos Provinsi Banten mencatat terdapat 315.250 KK akan mendapat BST mulai Januari hingga April 2021 sebesar Rp300 ribu per-KK perbulan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--PT Pos Indonesia (Persero) optimistis bantuan sosial tunai (BST) yang disalurkan melalui perseroan dapat meringankan beban masyarakat pada tahun ini. Lebih jauh, pereknomian secara nasional diharapkan bisa mulai bangkit dan bergerak.

"Tahun ini kita sudah salurkan bantuan sosial tunai (BST) dalam tiga tahap. Kita harap ini menjadi pemicu untuk menggerakkan ekonomi nasional," kata Direktur Utama Pos Indonesia, Faizal Rachmad Djoemadi dalam keterangannya diterima Republika.co.id, Kamis (25/3).

Sebagaimana diketahui, PT Pos Indonesia menjadi lembaga penyalur BST sebesar Rp 300 ribu per kepala keluarga. Bantuan sosial tersebut disalurkan dalam tiga tahap periode Januari-April 2021. Faizal mengatakan, BST itu setidaknya bisa memperkuat daya beli masyarakat.

Adapun total alokasi BST tahun ini sebanyak Rp 12 triliun. Selain itu, ada pula bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) sebanyak Rp 28,7 triliun, serta program sembako sebanyak Rp 42,5 triliun.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan, kebijakan counter-cyclical yang dilakukan pemerintah Indonesia  dari sisi fiskal maupun moneter terus dilakukan agar dapat meminimalisir implikasi Covid-19 yang sangat signifikan bagi kehidupan masyarakat serta bagi kegiatan perekonomian.

“Menurut saya situasinya sekarang sudah membaik setelah tahun lalu kita menerapkan stimulus fiskal. Kami mampu meminimalisir kerusakan ekonomi karena Covid-19," ujarnya.

Ia mengatakan, Indonesia mengalami kontraksi sebesar minus 2,1 persen yang relatif kecil dibandingkan dengan negara Asia lainnya atau bahkan negara-negara G20 dalam hal kontraksi akibat pandemi.

Sejak awal 2021, Indonesia terus berusaha melakukan percepatan pemulihan ekonomi, dimulai pada kuartal ketiga tahun lalu, dan beberapa sektor yang juga pulih dengan sangat cepat.

Untuk proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021, OECD baru saja merevisi proyeksi mereka untuk Indonesia. Pada tahun 2021 antara 4 persen-4,9 persen, hal tersebut seiring dengan proyeksi IMF juga sekitar 4,8 persen. Proyeksi dari pemerintah sendiri antara 4,5 persen-5,3 persen, dimana kontribusi signifikan dari sisi permintaan, pemulihan konsumsi dan ekspor.“Maka dengan itu kami sangat berharap percepatan pemulihan akan semakin cepat terutama pada kuartal kedua tahun ini dan akan terus berlanjut hingga kuartal terakhir tahun 2021," kata dia. 

--

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement