REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi sudah mulai membuka 110 sekolah tingkat dasar (SD) dan menengah pertama (SMP) sejak Senin (23/3). Hanya saja, siswa yang masuk dibatasi 18 orang per kelas.
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, mengeklaim, dibukanya sekolah lantaran pembelajaran jarak jauh (PJJ) sudah tidak efektif. Sehingga, sekolah tatap muka menjadi kebutuhan yang diperlukan oleh para pelajar.
"Yang pertama kebutuhan akan sekolah tatap muka. Karena daring itu lebih banyak, ya anak-anak kan tau sendiri ya, tidak efektif," jelas Rahmat kepada wartawan di Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (23/3).
Dia mengatakan, saat ini, sebanyak 92 persen wilayah Kota Bekasi sudah masuk zona hijau. Hal itu menjadi dasar bagi pihaknya untuk membuka lagi sekolah tatap muka meski masih sangat terbatas. "Itu kan meyakinkan kita bahwa ini kita kendalikan sama-sama," kata politikus Partai Golkar itu.
Selanjutnya, kata Rahmat, salah satu poin yang menjadi syarat dibukanya kembali sekolah adalah peserta didik wajib diantar dan dijemput oleh orang tuanya. Sehingga ada kontrol bersama dari pihak sekolah maupun orang tua murid.
"Orang tuanya kan tahu (siswa) diantar ke sekolah, bawa bekal, dan setelah selesai dijemput. Jadi sama-sama diawasi gitu, sehingga kontrol bersamanya itu," terang Pepen, sapaan akrabnya.
Pepen menyebut, data per Senin (23/3), wilayah zona kuning atau yang kasus Covid-19 mencapai satu hingga lima per RT tersisa 540 RT dari total 7.000 RT. "RT kita ada 7.000-an. Tapi kalau kita lihat RT-nya dari 647 (zona kuning) menjadi 540-an," katanya.