Kamis 25 Mar 2021 13:50 WIB

Bahaya Menyepelekan Dosa Bagi Orang Alim

Lalai bisa menjerumuskan orang alim pada perbuatan dosa.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Bahaya Menyepelekan Dosa Bagi Orang Alim. Foto: Dosa Besar (Ilustrasi)
Foto: Republika
Bahaya Menyepelekan Dosa Bagi Orang Alim. Foto: Dosa Besar (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Lalai dapat menjerumuskan orang yang alim (ulama) pada perbuatan dosa. Seperti apa orang yang berilmu itu lalai, Syekh Abdul Aziz bin Muhammad bin Salman dalam kitabnya Irsyadul Ibad menerangkan, bahwa ada seorang ulama mengisahkan kedaan para ulama di zamannya, Ia berkata, para ahli ibadah dan Ali Alquran di masa sekarang ini cenderung meremehkan dosa.

"Sehingga mereka tenggelam dalam berbagai syahwat kemaluan dan syahwat perut mereka," katanya.

Baca Juga

Mereka terhalang untuk menyaksikan aib-aib mereka. Sehingga merekapun binasa tanpa menyadarinya.  Atas kelalainnya mereka memakan harta yang haram dan meninggalkan upaya mencari makan dengan cara yang halal.

"Mereka puas dengan ilmu tanpa amal," katanya.

Salah seorang dari mereka bahkan merasa malu untuk mengatakan "Aku tak tahu." Ulama seperti ini kata Syekh Abdul Aziz bin Muhammad bin Salman adalah budak-budak dunia bukan ulama sy'ariat. Sebab jika mereka berilmu dan mengamalkan ilmunya sesuai tuntunan syariat bisanya ilmu mereka akan mencegah mereka berbuat keburukan.

"Apabila meminta mereka merengek-rengek dan bila diminta mereka bakhil (enggan memberi). Mereka mengenakan pakaian manusia, sedangkan hati mereka seperti serigala," katanya.

Atas keadaan ini Syekh Abdul Aziz bin Muhammad bin Salman bersyair.

"Seandainya para ulama menjaga ilmunya, niscaya ilmunya akan menjaga mereka.

Seandainya mereka memuliakan ilmu di dalam jiwa, niscaya ia akan diagungkan.

Namun mereka merendahkannya sehingga mereka menjadi hina.

Mereka menodai wajah ilmu sehingga ilmu pun menyambutnya dengan wajah masam."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement