REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Begitu mulianya bulan Ramadhan sampai Rasulullah SAW bersabda: "Apabila tiba bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan-setan dibelenggu," (HR al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain dari Abu Hurairah RA). Untuk memaknai dan memahami hadis ini, para ulama terbagi atas dua kelompok besar, yaitu kaum tekstualis dan kaum kontekstualis.
Para ulama tekstualis memaknai dan memahami ungkapan Nabi SAW tersebut secara harfiah (leterlijk, apa adanya secara bahasa) bahwa dalam bulan Ramadhan pintu surga memang benar-benar dibuka, pintu neraka memang benar-benar ditutup, dan semua setan memang benar-benar dibelenggu. Pemaknaan dan pemahaman demikian tentu lebih mudah disampaikan pada orang awam dan lebih aman dari kemungkinan disalahkan karena memang bunyi haditsnya demikian.
Soal dibelenggunya setan, mereka menyandarkan pada makna firman Allah SWT: Dan (Kami tundukkan pula kepada Sulaiman) setan-setan (golongan jin), semuanya ahli bangunan dan penyelam. Dan setan yang lain terikat dalam belenggu (Shad: 37- 38). Jadi, dalam bulan Ramadhan setan-setan itu memang dibelenggu secara fisik sehingga tidak berkutik dan tidak bisa lagi mengganggu manusia.
Mengapa dibelenggu? Karena kemuliaan bulan Ramadhan agar umat Islam dapat melakukan amal kebaikan sebanyak-banyaknya, dan terhindar dari perbuatan maksiat sejauh-jauhnya karena tidak ada lagi yang menggoda.
Baca juga : Tips Memotivasi Anak Berpuasa Ramadhan