Kamis 25 Mar 2021 15:43 WIB

Sri Mulyani Khawatirkan Gelombang Tiga Pandemi Covid-19

Sri Mulyani ingatkan gelombang Covid-19 yang sebabkan lockdown di Uni Eropa.

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kenaikan penularan Covid-19 di Eropa membuat pemerintahnya mempertimbangkan proteksi terhadap vaksin Covid-19 untuk memenuhi kebutuhan penduduk Eropa. Indikasinya, Pemerintah Eropa mempertimbangkan pembentukan aturan perundangan untuk mengurangi bahkan melarang suplai vaksin Covid-19 ke luar Eropa.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kenaikan penularan Covid-19 di Eropa membuat pemerintahnya mempertimbangkan proteksi terhadap vaksin Covid-19 untuk memenuhi kebutuhan penduduk Eropa. Indikasinya, Pemerintah Eropa mempertimbangkan pembentukan aturan perundangan untuk mengurangi bahkan melarang suplai vaksin Covid-19 ke luar Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mewaspadai gelombang ketiga pandemi Covid-19 sejumlah negara di Eropa. Kondisi itu membuat sejumlah negara terpaksa kembali melakukan penguncian wilayah, seperti di Jerman, Prancis, dan Italia. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kenaikan penularan Covid-19 di Eropa membuat pemerintahnya mempertimbangkan proteksi terhadap vaksin Covid-19 untuk memenuhi kebutuhan penduduk Eropa. Indikasinya, pemerintah Eropa mempertimbangkan pembentukan aturan perundangan untuk mengurangi, bahkan melarang suplai vaksin Covid-19 ke luar Eropa. 

“Sesama negara maju mereka saling melakukan proteksi untuk vaksin mereka sendiri. Jadi, ini sesuatu yang harus kami waspadai, yaitu mengenai jumlah vaksin dan dari sisi munculnya gelombang ketiga di Eropa,” ujarnya saat acara Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional secara virtual, Kamis (25/3).

Karena itu, Sri Mulyani mengimbau masyarakat agar tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. Meskipun, kata dia, sebagian masyarakat telah menerima vaksinasi Covid-19. 

“Sehingga, tidak muncul lagi dilema rem dan gas seperti yang selama ini terjadi. Karena, rem dan gas ini kalau Covid naik, jumlahnya memaksa negara-negara itu melakukan rem persis seperti yang terjadi sekarang di Eropa. Jadi, supaya itu tidak terjadi pada kita, terutama kuartal dua 2021,” ungkapnya.

Baca juga : Sri Mulyani Revisi Aturan Penjaminan Kredit Perbankan

Di sisi lain, Sri Mulyani menyatakan selama masih pandemi akan menjadi tantangan pemulihan perekonomian pada tahun ini. Bendahara negara ini berharap pandemi bisa dikendalikan sehingga momentum pemulihan ekonomi bisa diakselerasi. 

Adapun sejumlah indikator telah menunjukkan pemulihan ekonomi meliputi pertumbuhan ekspor sebesar 8,56 persen secara tahunan (yoy) menjadi 15,27 miliar dolar AS pada Februari 2021. Disusul, impor juga tumbuh 14,86 persen (yoy) menjadi 13,26 miliar dolar AS atau turun 0,49 persen dari 13,33 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya dan secara tahunan masih naik 14,86 persen. Terakhir, sektor konsumsi juga mulai terkerek naik terlihat dari kenaikan penjualan semen, baja, dan kendaraan niaga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement