Kamis 25 Mar 2021 18:56 WIB

Kementan akan Pangkas Pasokan Ayam untuk Stabilkan Harga

Target pemangkasan tersebut dimulai sejak Februari hingga April 2021.

Peternak memberi makan di sentra peternakan ayam buras jenis pedaging. ilustrasi
Foto: Destyan Sujarwoko/Antara
Peternak memberi makan di sentra peternakan ayam buras jenis pedaging. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian menargetkan untuk memangkas jumlah produksi ayam dengan cara mengurangi produksi telur yang bisa ditetaskan dan pengurangan Day Old Chicken (DOC) sebanyak 288 juta. Kebijakan ini dilakukan guna menjaga kestabilan pasokan dan permintaan yang berdampak pada harga jual. 

Kepala Seksi Ternak Unggas Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian Iqbal Alim dalam webinar pengendalian oversupply perunggasan yang dipantau di Jakarta, Kamis (25/3), menyebutkan target pemangkasan tersebut dimulai sejak Februari hingga April 2021.

Baca Juga

Iqbal mengatakan target pengurangan DOC final stock atau ayam berusia kurang dari 10 hari, mencapai 139,2 juta ekor pada periode Februari-April 2021, sementara target pemangkasan telur fertil (HE fertil) sebanyak 149,6 juta butir telur di periode yang sama.Target pengurangan untuk DOC final stock tersebut sebanyak 60-85 persen dari potensi surplus pada tahun 2021 ini. 

Kementerian Pertanian memprediksi produksi ayam pada tahun 2021 surplus atau berlebih sebanyak 510 juta ekor yang bisa berdampak pada ketidakstabilan harga ayam hidup di tingkat peternak.Iqbal mengatakan Kementerian Pertanian hingga 24 Maret 2021 telah merealisasikan pengurangan HE fertil sekitar 38 persen dari target yang ditetapkan. 

Terhitung dari periode 7 Maret hingga 10 April mendatang dengan target pengurangan 57,7 juta butir, Kementerian Pertanian telah memangkas sebanyak 22 juta butir atau setara 20,5 juta ekor DOC final stock. Kementan optimistis pengurangan jumlah produksi ayam ini bisa mengangkat harga ayam hidup atau live bird di tingkat petani.

Iqbal menjelaskan Kementerian Pertanian pernah melakukan hal yang sama pertengahan tahun 2020 di mana pada Agustus harga ayam hidup per ekornya Rp 15.142 kemudian merangkak naik menjadi Rp 19.386 pada November 2020. "Pada November 2020 harga naik dari koreksinya menjadi Rp19.386 karena kita melakukan cutting HE fertil," kata Iqbal.

Iqbal menambahkan harga ayam hidup sangat dipengaruhi oleh besarnya pasokan di kandang dan di pangkalan ayam. Selain itu pada tahun 2020 harga ayam hidup turun ke level terendahnya di harga Rp13.718 dikarenakan konsumsi masyarakat menurun dari 12,79 kg perkapita pada tahun 2019 menjadi 10,1 kg perkapita karena pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement