REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fitch Ratings memberikan peringkat yang baik untuk kondisi perekonomian di Indonesia pada tahun ini. Lembaga pemeringkat kredit internasional yang berpusat di New York dan London ini memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan pulih secara bertahap menjadi 5,3 persen pada 2021 dan enam persen pada 2022.
Fitch melihat ini sebagai pertumbuhan yang sangat baik, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia sempat terkontraksi 2,1 persen pada 2020 yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Fitch melihat pemulihan tersebut didukung stimulus belanja pemerintah dan ekspor neto Indonesia, termasuk dari perbaikan harga komoditas.
"Kami memperkirakan momentum pertumbuhan akan didukung lebih lanjut dalam waktu dekat oleh langkah-langkah bantuan fiskal dan belanja infrastruktur," tulis Fitch dalam rilisnya seperti dikutip Jumat (26/3).
Pemerintah Indonesia menurut Fitch sudah memulai program vaksinasi pada Januari dan bertujuan untuk mencapai kekebalan kelompok pada kuartal pertama 2022. Fitch juga melihat pembangunan infrastruktur tetap menjadi kunci jangka menengah dari prioritas pemerintah.
Namun kapasitas investasinya mungkin terhambat oleh pembayaran bunga yang meningkat (18 persen dari pendapatan pada 2020). Selain itu pengeluaran yang diamanatkan secara konstitusional sektor kesehatan dan pendidikan, dan kemungkinan kebutuhan mendukung modal bagi perusahaan milik negara.
Lembaga Pengelola Investasi yang baru dibentuk oleh Otoritas Investasi Indonesia, diyakini akan menjadi sumber pendanaan yang strategis. Lembaga ini dibentuk untuk membantu pendanaan pembangunan infrastruktur selama beberapa tahun ke depan. Dana itu berasal dari gabungan dana pemerintah dan sektor swasta, termasuk melalui disinvestasi aset pemerintah, seperti jalan tol.
Fitch memperkirakan defisit fiskal akan sedikit menyempit menjadi 5,6 persen pada 2021 dari 6,1 persen pada 2020, secara umum sejalan dengan target pemerintah Indonesia. Setelah dampak pandemi mereda, Fitch menyatakan konsolidasi fiskal harus dipercepat mulai 2022. Ini mengingat dukungan luas di seluruh spektrum politik untuk kebijakan fiskal yang berhati-hati dan rekam jejak akumulasi utang yang rendah Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain.
Dalam pandangan Fitch, konsolidasi kemungkinan akan datang dari penghapusan secara bertahap kebijakan bantuan dan rasionalisasi pengeluaran. Fitch memperkirakan rasio pendapatan akan meningkat secara bertahap menjadi 12,3 persen dari PDB pada 2021.
Selanjutnya menjadi 12,8 persen pada 2022. Hal ini terjadi seiring dengan pemulihan ekonomi, dari 12,1 persen pada 2020, terendah dalam kategori 'BBB'.
Dampak pandemi pada metrik fiskal Indonesia menurut Fitch tidak separah kebanyakan negara lain yang memiliki peringkat 'BBB'. Fitch memperkirakan utang pemerintah akan mencapai puncaknya sekitar 42 persen dari PDB pada 2022. Namun ini masih jauh di bawah rata-rata negara 'BBB' sebesar 57 persen.