REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Para pemimpin Eropa mendukung pengetatan kriteria untuk mengizinkan ekspor vaksin virus corona buatan Uni Eropa. Hal ini dilakukan dalam upaya mengamankan pasokan bagi warga negara anggota blok tersebut.
Langkah tersebut menyusul kelangkaan dan penundaan berminggu-minggu, terutama terkait dengan perusahaan AstraZeneca, yang telah menyebabkan frustrasi di seluruh Eropa. Brussels berencana untuk memasukkan prinsip proporsionalitas dan timbal balik ke dalam mekanisme transparansi yang diperkenalkan pada akhir Januari.
Uni Eropa juga akan menilai kasus per kasus permintaan ekspor dari perusahaan farmasi. Ini berarti negara-negara yang memimpin vaksinasi, seperti Inggris, dapat menghadapi tugas yang lebih berat untuk mendapatkan vaksin dari negara-negara Uni Eropa.
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan para pemimpin Uni Eropa telah menganggap pembatasan ekspor vaksin baru Komisi sebagai dapat diterima, tetapi menambahkan bahwa dia berharap itu tidak akan pernah digunakan.
Presiden Komisi Eropa Ursula Von der Leyen mengonfirmasi, Kamis, bahwa Uni Eropa telah mengekspor 77 juta dosis vaksin ke 33 negara sejak 1 Desember 2020, dilansir di Euronews, Jumat (26/3). Sebagai donor utama COVAX, Uni Eropa juga berkontribusi pada ekspor ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Dia meminta perusahaan farmasi untuk menghormati kontrak mereka dan menyesuaikan dengan keterbukaan Eropa dalam hal distribusi vaksin Covid-19.
Baca juga : 5 Minuman Populer yang Berdampak Buruk Bagi Jantung
Dia mengatakan, Eropa berada di awal gelombang ketiga dan meskipun tingkat kematian lebih rendah. Hal itu menyoroti pentingnya program vaksinasi yang cepat. Von der Leyen mengatakan, 88 juta dosis telah dikirim ke Eropa dan 62 juta dosis telah diberikan.
"Hanya untuk memperjelas, kami ingin memastikan bahwa Eropa akan mendapatkan bagian vaksin yang adil karena kami harus dapat menjelaskan kepada warga negara kami bahwa jika perusahaan mengekspor vaksin ke seluruh dunia, itu karena mereka sepenuhnya menghormati komitmen mereka dan itu tidak mempertaruhkan keamanan pasokan di UE," katanya.
Sebanyak 4,1 persen orang Eropa sekarang memiliki dua dosis vaksin, kata dia, dan jika perusahaan farmasi telah memenuhi kontrak mereka, UE bisa lebih cepat. Von der Leyen mengatakan bahwa Eropa berada di jalur yang tepat untuk memvaksinasi 70 persen orang dewasa pada Juni 2021.