REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu pengembangan industri alas kaki di dalam negeri agar lebih berdaya saing, baik di kancah domestik maupun global. Maka diperlukan upaya meningkatkan inovasi produk alas kaki nasional yang dapat mengikuti tren dan selera konsumen saat ini.
“Salah satu langkah strategis yang kami jalankan yakni menggelar ajang Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC),” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Kamis (25/3). Beberapa waktu lalu, Dirjen IKMA membuka secara resmi kick off IFCC 2021 di Sidoarjo, Jawa Timur.
Kegiatan itu turut dihadiri oleh Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Prof Muchammad Ashari. Tujuan IFCC salah satunya menggali potensi dan kreativitas generasi muda agar mampu menangkap peluang dan terus menciptakan karya-karya terbaik khususnya di bidang alas kaki.
“IFCC merupakan program dari Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), unit kerja di bawah Ditjen IKMA Kemenperin. Tujuannya mendorong potensi-potensi desainer alas kaki Indonesia dalam mengembangkan desain alas kaki sekaligus mengenalkan dan mempromosikan industri alas kaki lokal kepada masyarakat luas melalui desain, fotografi dan videografi yang menarik, " jelas Gati.
Pelaksanaan IFCC ini salah satunya karena melihat potensi Indonesia yang menduduki posisi keempat sebagai produsen alas kaki di dunia setelah China, India, dan Vietnam. “Selain itu, kita menjadi negara konsumen sepatu terbesar ke-4 dengan konsumsi 886 juta pasang alas kaki,” tuturnya.
Kemenperin mencatat, sepanjang 2020, nilai ekspor industri alas kaki mengalami peningkatan sebesar 4,8 miliar dolar AS dibandingkan 2019. Kemudian pada Januari 2021, nilai ekspornya sebesar 490 juta dolar AS, meningkat 15,54 persen dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya.
“Pasar utama produk alas kaki Indonesia adalah ke Amerika Serikat. Selanjutnya, enam pasar terbesar lainnya adalah China, Belgia, Jerman, Jepang, Kanada, dan Italia.” tutur Gati.
Menurutnya, agar produk alas kaki Indonesia lebih kompetitif dengan produk sejenis dari luar negeri, para pelaku industri dalam negeri perlu berkolaborasi dengan desainer dan memanfaatkan teknologi terkini. “Teknologi sangat penting untuk diterapkan di sektor industri, termasuk industri alaskaki.Digitalisasi sangat bermanfaat untuk mendorong kreativitas di dunia industri,” ujarnya.
Selain itu, industri persepatuan di Indonesia perlu didorong dalam hal kreativitas dan inovasi. Mulai dari desain produk hingga proses pemasarannya. “Hal ini sekaligus sebagai implementasi teknologi industri 4.0 yang memberikan peluang untuk bersaing dengan produk impor,” imbuhnya.
Kegiatan IFCC 2021 mengusung tema 'Indonesia Melangkah' dengan tujuan terus menciptakan terobosan baru dalam mengembangkan industri alas kaki di tengah globalisasi dan dampak pandemi Covid-19 saat ini. Maka Kemenperin aktif melakukan upaya mendorong kreativitas anak bangsa dengan memfasilitasi kerja sama seperti antara BPIPI dan ITS Surabaya yang diharapkan dapat mendongkrak potensi industri alas kaki nasional, sehingga bisa dikelola bersama secara sinergi.
“Kami optimistis, IFCC bisa menjadi wadah kreatif bagi para calon desainer alas kaki Indonesia yang mempunyai kreativitas dan inovasi tinggi. Sehingga nantinya industri sepatu nasional dapat mempromosikan produk asli dan orisinil buatan anak bangsa ke masyarakat luas, baik nasional maupun hingga menembus kancah internasional,” jelasnya.