Jumat 26 Mar 2021 14:39 WIB

Komisi Dakwah MUI: Jangan Sampai Tupoksi Dai Bergeser

MUI menghargai masukan dari DMI.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
 Komisi Dakwah MUI: Jangan Sampai Tupoksi Dai Bergeser. Foto:   Ilustrasi Dakwah Muslimah. (Republika/ Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Komisi Dakwah MUI: Jangan Sampai Tupoksi Dai Bergeser. Foto: Ilustrasi Dakwah Muslimah. (Republika/ Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --- Wakil ketua komisi dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Misbahul Munir menghargai masukan ketua Dewan Masjid Indoensia (DMI) Jusuf Kalla yang meminta para dai agar tidak hanya berdakwah tentang ibadah mahdoh namun juga menguasai skill yang dapat mendorong kemandirian ekonomi dai sekaligus menjadi motor penggerak bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Akan tetapi menurut Misbahul jangan sampai seorang dai melupakan tugas  utamanya yaitu mengajak masyarakat beribadah kepada Allah. Meski memang Islam juga mengajarkan tentang ibadah ghairu mahdoh semisal bekerja dan lainnya. 

"Jadi jangan sampai tupoksi dari pada dai itu keluar dari pada relnya yaitu mengajak orang takarub kepada Allah. Dan yang paling tinggi tentu ada prioritasnya, yaitu mengingatkan kepada Allah yang merupakan ibadah mahdoh," kata kiai Misbahul Munir kepada Republika pada Jumat (26/3). 

Baca Juga

Kiai Misbahul juga tidak mempermasalahkan bila ada dai yang dalam dakwahnya menyampaikan materi-materi kemandirian ekonomi untuk mendorong agar masyarakat lebih sejahtera. Tetapi ia mengingatkan agar materi yang disampaikan dai tidak sampai merambah luas pada bidang keilmuan lain yang sejatinya tidak dikuasai. 

"Jadi kalau fungsi dai terlalu jauh merambah pada bidang ekonomi, ini bukan berarti tidak boleh tetapi nanti pelaku ekonomi jadi tersinggung, atau dai sudah terlalu jauh bicara tentang kedokteran yang bukan bidangnya maka orang kedokteran juga akan tersinggung. Dan kita (dai) terbaca sangat cetek ilmunya," katanya.

Kiai Misabahul mengatakan dai semestinya berupaya meningkatkan spiritual masyarakat agar semakin dekat kepada Allah. Memang menurutnya saat ini tantangan dakwah adalah kurangnya dai yang bersentuhan langsung dengan masyarakat untuk membina amaliah dan akhlak masyarakat. Karena itu ia berharap para dai tidak hanya fokus berdakwah melalui media sosial namun juga turun langsung untuk memberikan suri tauladan. 

Lebih lanjut, ia berpendapat dai juga tidak harus menjadi pelaku langsung penggerak ekonomi masyarakat semisal menjadi  pengusaha. Menurutnya dai cukup dengan menyelipkan pesan pesan agar masyarakat bersemangat dalam bekerja dan berkarya dengan menanamkan niat pada masyarakat semua pekerjaan yang dilakukan semata-mata untuk mengabdi kepada Allah. 

"Itulah tugas fungsi dai jangan bergeser. Dai itu menggerakan  masyarakat untuk takorub kepada Allah dalam segala aspek termasuk juga ketika masyarakat berakrifitas ekonomi. Jadi tidak harus turun langsung ke lapangan pegang cangkul atau lainnya," katanya.

 

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement