REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Solikhah mengatakan Pemprov DKI perlu persiapan yang matang dan hati-hati terkait rencana pembelajaran tatap muka di sekolah. Terutama untuk jenjang sekolah dasar (SD). Menurut dia, salah satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah gedung sekolah.
Solikhah menyebut, gedung sekolah beserta seluruh ruang kelas harus terlebih dahulu dibersihkan dan disemprot disinfektan. Sebab, sudah setahun lebih tidak digunakan akibat pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 lalu.
“Jangan sampai gedung dan ruang tersebut menjadi sarang penyakit yang bisa menyerang siswa yang menjalani pembelajaran tatap muka,” kata Solikhah dalam keterangan tertulis resminya, Jumat (26/3).
Kemudian, sambung Solikhah, perlu kajian mengenai model pembelajaran, termasuk durasi pembelajaran tatap muka yang akan dilakukan. Apakah akan dilakukan setiap hari, apakah untuk semua jenjang kelas secara berbarengan dan apakah akan dilakukan secara hybrid, yaitu sebagian tatap muka dan sebagian daring.
“Jika dilakukan secara hybrid, tentu perlu upaya yang besar dari guru pengajar,” ujar Wakil Sekretaris Fraksi PKS DKI Jakarta itu.
Yang ketiga, dia menuturkan, proses pembelajaran tatap muka juga harus diawasi secara ketat dalam penerapan protokol kesehatan, terutama bagi siswa SD. Ia menilai, tidak hanya para siswa yang harus disiplin melaksanakan protokol kesehatan, tapi juga guru, orangtua, penjaga sekolah dan seluruh yang hadir ke sekolah.
Baca juga : Pemerintah Larang Mudik Lebaran Tahun Ini
“Memakai masker dan pihak sekolah menyediakan masker juga, dijaga jangan sampai terjadi saling bertukar masker antar siswa, rajin mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer dan sedapat mungkin tidak bersentuhan fisik, juga tidak berinteraksi sembarangan atau membeli makanan dari luar,” jelasnya.
Di sisi lain, Solikhah mengingatkan, jika pembelajaran tatap muka ini akan dilaksanakan, maka harus mendapatkan persetujuan dari orang tua siswa dan juga dukungan dari lingkungan sekitar sekolah. Ia mencontohkan, orang tua selalu menyiapkan bekal dari rumah agar anak tidak jajan dan membeli sembarang makanan di luar sekolah serta selalu mengingatkan agar menjaga protokol kesehatan.
“Warga di lingkungan sekitar juga membantu mengawasi lingkungan sekitar sekolah yang dilaksanakan PTM ini. Jadi tidak semuanya dibebankan ke sekolah dan ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, hanya menyalahkan pihak sekolah,” tutur dia.
Terakhir, Solikhah menyampaikan, perlu dipastikan bahwa orang tua maupun anggota keluarga murid, guru dan tenaga pengajar lainnya di sekolah sudah menerima vaksin covid-19. Sehingga siswa yang datang untuk belajar tatap muka di sekolah tidak menjadi carrier covid-19 ke lingkungan sekolah.
“Untuk itu perlu dilakukan pendataan kepada anggota keluarga dari siswa yang akan menjalani PTM di sekolah,” ucapnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, Dinas Pendidikan akan segera melakukan uji coba sekolah tatap muka dalam dua bulan kedepan. Ariza menyebut, uji coba terbatas itu bakal dilakukan secara bertahap pada 50-100 sekolah.
"Ya mungkin sampai 50-60, paling banyak 100 sekolah yang akan kita uji cobakan (tatap muka) dalam dua bulan ke depan," kata Ariza di Polda Metro Jaya, Selasa (23/3).
Meski demikian, Ariza belum menjelaskan kapan uji coba terbatas itu dilakukan. Dia hanya menuturkan, saat ini Dinas Pendidikan DKI Jakarta tengah menyusun aturan dan mekanisme pelaksanaan sekolah tatap muka.
Baca juga : Jokowi Minta Daerah Kawal Vaksinasi Covid-19
Ia mengungkapkan, uji coba terbatas sekolah tatap muka itu digelar secara campuran antara offline dan online. Ariza menyampaikan, tentu dengan batasan tidak lebih dari 50 persen di beberapa sekolah, mulai dari SD hingga SMA yang akan diuji cobakan di seluruh Jakarta.
"Nanti kita akan lihat hasilnya. Kalau hasilnya baik, ke depan akan kita tingkatkan lagi," ujarnya.