REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dai Seluruh Indonesia (Ikadi) Ustaz Ahmad Satori mengatakan, dakwah bagi para dai harus disesuaikan dengan wilayah dan kondisi masyarakat yang ada.
Dia menjelaskan, pada hakikatnya dakwah itu merupakan aktivitas yang menyeru pada agama Allah. Adapun agama Allah, kata dia, bukan dapat diraih hanya pada satu aspek saja, melainkan semua aspek kehidupan itu diatur agama.
"Termasuk masalah keimanan, ketakwaan, ekonomi, hingga politik. Tapi harus dilihat bagaimana wilayah dan kondisi umatnya, (tema) apa yang dibutuhkan," kata Ustaz Satori saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (26/3).
Sebelumnya, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla meminta para dai dalam dakwahnya tidak hanya meningkatkan iman dan takwa jamaahnya saja, tetapi juga membawa kemakmuran bagi masyarakat. Karena itu, dai tidak hanya dibekali ilmu agama tapi juga ilmu lainnya yang berhubungan dengan peningkatan ekonomi masyarakat. Singkatnya, dai tidak hanya fokus tentang keimanan, tapi juga kemakmuran.
Menanggapi hal ini, Ustaz Satori menyampaikan memang sudah seharusnya dakwah bukan tentang masalah keimanan, takwa, dan akhlak saja. Tapi juga masalah-masalah lainnya pun harus didakwahkan. Namun demikian, dia juga menekankan, dakwah pun tidak bisa dibatasi terhadap masalah ekonomi satu-satunya.
"Karena semua aspek penting dan saling berkaitan," kata dia.
Karena seluruh aktivitas manusia itu ada hubungannya dengan agama, maka dakwah dengan tema beragam dinilai masih tepat. Meski dia mengakui, aspek ekonomi keumatan memang harus dikedepankan mengingat Rasulullah SAW adalah seorang pedagang, begitupun sahabat-sahabat Nabi.
"Dan seruan untuk mengaktifkan ekonomi memang penting. Rasulnya pedagang, dan sahabat yang dijamin masuk surga itu 90 persennya pedagang. Dan memang banyak ulama terdahulu yang juga pedagang. Berarti di sini ada poin kemandirian yang ditekankan Islam," kata dia.