REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam perusahaan farmasi AstraZeneca dan menyatakan dukungannya kepada Uni Eropa untuk memblokir semua ekspor vaksin virus corona selama laboratorium tidak memenuhi komitmen mereka.
Berbicara di sela-sela KTT Dewan Eropa pada Kamis malam, Macron menegaskan bahwa Pfizer-BioNTech dan Moderna telah memenuhi komitmen mereka terkait dengan pasokan vaksin Covid-19. Macron mengatakan komitmen kontrak yang dimiliki Prancis dengan AstraZeneca belum dipenuhi.
Sambil memegang grafik yang membandingkan jumlah dosis yang dijanjikan dan yang dipasok oleh tiga pembuat vaksin itu, dia mengatakan perusahaan Inggris-Swedia telah meyakinkan “120 juta dosis ke Uni Eropa, tetapi sekarang menjanjikan untuk memberikan 30 juta dosis. Dan pengirimannya tidak ada. Itu perlu untuk dikendalikan."
Menyusul penemuan 29 juta dosis vaksin AstraZeneca dalam "penggerebekan" di Italia, Macron mengatakan dia berharap dosis itu akan menambah kuat proses pemulihan.
Dia menambahkan mekanisme kontrol yang diaktifkan oleh Komisi Eropa telah membantu dalam mengidentifikasi dosis yang akan dialihkan. “Ini bukan masalah proteksionisme tetapi mencegah negara maju lain menggunakan (dosis vaksin) sendiri dengan mengorbankan Uni Eropa,” katanya, tanpa menyebut nama negara mana pun.
Menyusul kekurangan pengiriman oleh AstraZeneca, yang terus memenuhi target pengiriman kepada Inggris, Uni Eropa pada Rabu memperketat peraturan ekspor untuk menghentikan pengiriman vaksin Covid-19 di luar blok tersebut.
Aturan baru akan mengatur ekspor berdasarkan situasi epidemiologi, tingkat vaksinasi dan akses vaksin di negara tujuan.