REPUBLIKA.CO.ID, OLEH Rahayu Subekti
Pandemi Covid-19 datang mau tak mau sektor transportasi menjadi salah satu yang paling tergerus. Demi menjaga jarak dan tetap aman, masyarakat pun lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi dan transportasi umum mulai kehilangan penumpangnya meskipun tak semua.
Hingga melewati satu tahun pandemi, kerinduan untuk kembali menggunakan transportasi umum yang efisien pun muncul. Penyesuaian pun dilakukan agar penumpang transportasi umum tetap aman dan tidak tertular maupun menularkan Covid-19.
Komika Pandji Pragiwaksono pun tak sanggup mengungkapkan kerinduannya untuk bisa sesering dulu menggunakan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta. "Sebelum pandemi, nyaris setiap hari setiap tanggal ganjil naik MRT. Rindu pengen sesering biasanya (naik MRT)," kata Pandji dalam diskusi virtual 2 Tahun Melayani Jakarta, Kamis (25/3).
Meskipun sudah tak sesering dulu, Pandji menuturkan tidak merasa takut menggunakan MRT meski saat pandemi. Sebab esensinya, menggunakan MRT jauh lebih efisien berselancar di Jakarta.
"Buat saya yang lebih penting efisiensi waktu bisa cepat sampai ke suatu tempat. Karena masih rutin olahraga, saya cukup percaya diri dengan kondisi fisik saya," ungkap Pandji.
Bagi Pandji, yang paling membekas karena dirinya selalu merasa menyenangkan saat turun di stasiun MRT manapun. Pandji mengakui, tidak pernah merasakan pengalaman buruk saat menggunakan MRT.
"Turun di manapun menyenangkan. Berhenti sebentar di stasiun pengen iseng baca di pojok baca. Turun haus tinggal beli minum, terus makan, terus lanjut jalan lagi," tutur Pandji.
Pandji merasa, MRT membawa banyak perubahan bahkan juga bagi orang lain. Jalan sore di pinggir Jakarta, lalu lalang di Stasiun Dukuh Atas dan gaya hidup lainnya menurutnya merupakan perubahan yang positif dengan adanya MRT.
MRT Jakarta pun memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan penyesuaian saat pertama kali beroperasi pada 12 Maret 2019. Fenomena pun muncul, seakan tempat wisata, banyak masyarakat datang menjajal MRT pertama di Indonesia itu sambil berpiknik membawa rantang.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengungkapkan membutuhkan waktu yang lama selama masa peralihan dari tempat wisata menjadi transportasi umum. "Kita kan resmi Maret 2019, bahkan saat 17 Agustus masih banyak yang naik MRT buat wisata," ungkap William.
William mengakui, sepanjang 2019 MRT masih kental dengan sarana destinasi wisata. William tidak menganggap hal tersebut menjadi dampak yang negatif.
"Harapannya tetap begitu juga karena ini kan pertama di Jakarta. Datanglah tapi jangan bawa rantang," tutur William.
MRT pun juga perindukan para penumpangnya. William mengatakan, selama dua tahun beroperasi, MRT melayani hingga 35 juta penumpang.
William menceritakan pernah menemukan suatu hari setelah pandemi melanda, salah satu stasiun MRT sepi. Saya melihat ada stasiun sepi. "Bulan Mei 2020 itu hanya ada 1.500 orang per hari. Biasanya 100 ribu tiba-tiba turun signifikan," ungkap William.
Dengan kondisi itu, William mengatakan MRT Jakarta tetap menjaga motivasi para karyawannya. Selain itu melakukan perubahan untuk membuat masyarakat kembali menggunakan MRT.
Meskipun dilanda pandemi, survei pelanggan pun memberikan hasil yang positif terkait kepuasannya menggunakan MRT. "Nilainya mencapai 86 persen. Itu dibandingkan tahun lalu 82 persen. Naik empat persen," jelas William.