REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Dua sumur wakaf ureung (masyarakat) Aceh didi Jalur Gaza dan Al-Shayma di Kota Beit Lahia Gaza Utara Palestina telah dirampungkan dan mulai difungsikan karena sudah mengaliri air bersih.
"Kedua sumur wakaf tersebut telah berhasil mengalirkan air bersih layak konsumsi, dapat dikonsumsi secara langsung karena telah diproses melalui alat filterisasi," kata Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh Lisdayanti, di Banda Aceh, Jumat (26/3).
Pembangunan sumur wakaf Palestina itu merupakan hasil kedermawanan dan kepedulian masyarakat Aceh melalui lembaga ACT-Global Wakaf sejak Mei 2020. Lisdayanti mengatakan, rumah warga di Jalur Gaza juga dilengkapi dengan pipa besar agar sumur dapat mengalirkan air bersih yang melimpah untuk mencukupi kebutuhan masyarakat yang bermukim di area tersebut.
Lisdayanti menyebutkan, dua kota itu dihuni sekitar 14 ribu hingga 15 ribu penduduk yang 85 persen diantaranya adalah masyarakat pra-sejahtera. Belasan tahun blokade Zionis telah menciptakan krisis akumulatif termasuk anjloknya ekonomi. "Bukan hanya tidak mampu membeli air layak konsumsi, kondisi ekonomi yang rendah juga membuat masyarakat di Beit Lahia harus merasakan kurangnya pasokan listrik, tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, dan runtuhnya sektor perikanan," ujarnya.
Kemudian, kata Lisdayanti, kondisi yang sama juga terjadi di Kota Almusaddar yang masyarakatnya didominasi petani zaitun dan sayur musiman dengan penghasilan rendah. Letaknya yang berada di dataran tinggi turut mempengaruhi akses air di wilayah ini. Kondisi sosial ekonomi rendah membuat masyarakat di kota Almusaddar belum mampu membangun sarana akses air bersih seperti sumur.
"Sumur wakaf masyarakat Aceh menjadi pelita harapan bagi belasan ribu warga di dua kota tua ini," kata Lisdayanti.
Lisdayanti turut bahagia atas kedermawanan warga Aceh untuk membantu saudara muslim Palestina hingga terwujudnya pembangunan dua sumur wakaf tersebut. Lisdayanti menyampaikan, proses penggalangan dana itu sendiri sebelumnya terlibat banyak pihak yakni Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) dan Pemuda Peduli Palestina (P2S) melakukan penggalangan di jalan selama sebulan.
ACT juga masuk ke pesantren, sekolah, majelis taklim, masjid, dan juga secara perorangan menggalang bantuan pembangunan sumur wakaf itu. "Hingga pada akhirnya, sumur wakaf yang tadinya ditargetkan satu sumur kini terwujud dua sumur wakaf Ureung Aceh untuk warga Gaza, Palestina," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Lisdayanti juga menuturkan, selain sumur wakaf untuk Palestina, ACT Aceh juga mempunyai program wakaf rumah palestina. Pada program tersebut, ACT- Global Wakaf menginisiasi pembangunan apartemen untuk masyarakat Palestina yang saat ini tidak memiliki tempat tinggal yang layak.