Sabtu 27 Mar 2021 09:10 WIB

TIM Harus Bisa Jadi Magnet Seni Betawi

Ruang publik bagi seniman Betawi seperti di TIM sangat diperlukan.

Pmbangunan proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, Senin (22/3/2021). Menurut PT Jakarta Propertindo (Jakpro), pembangunan tahap I revitalisasi kawasan TIM mencapai 75 persen dengan progres pembangunan 87 minggu, sementara tahap II masih 1 persen dengan tahap pengerjaan enam minggu.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Pmbangunan proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, Senin (22/3/2021). Menurut PT Jakarta Propertindo (Jakpro), pembangunan tahap I revitalisasi kawasan TIM mencapai 75 persen dengan progres pembangunan 87 minggu, sementara tahap II masih 1 persen dengan tahap pengerjaan enam minggu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budayawan Jakarta, Yahya Andi Saputra, mendorong Taman Ismail Marzuki (TIM) untuk terus menjadi magnet seni bagi Betawi. Bahkan menjadi magnet hingga level Indonesia.

"TIM ini keren, ini adalah sentra dan harus didorong menjadi magnet kesenian Betawi, bahkan untuk seluruh Indonesia yang menjadi ukuran utama pengakuan seorang seniman nusantara," kata Yahya, Jumat (26/3). Hal tersebut, diungkapkan Yahya seiring dengan rencana pengangkatan budaya Betawi dalam revitalisasi TIM yang saat ini sedang digarap oleh BUMD PT Jakarta Propertindo (Jakpro), salah satunya melalui diskusi kelestarian budaya Betawi setiap bulan.

Baca Juga

Menurut Yahya, ruang publik itu sangat diperlukan oleh seniman tradisional Betawi dan TIM memiliki potensi fungsi itu sehingga harus mampu memberi ruang pada seniman, budayawan, pada siapapun untuk berekspresi. Yahya menilai, rencana tersebut wajar dan patut diapresiasi, terlebih jika dibarengi dengan aksi memfasilitasi ekspresi penampilan seni pertunjukan Betawi yang "pabalatak" di mana-mana. Sehingga publik Jakarta paham tradisi berkesenian pada masyarakat Betawi tetap ada dan eksis di kampungnya sendiri.

"Betawi sebagai mukimin (pemukim) awal di Jakarta memang sudah jadi kewajiban pemerintah dan kita semua untuk memberi ruang seluasnya, pemberian porsi yang lebih. Namun lebih baik jangan hanya diskusi, tapi intensitas, kualitas dan kuantitas berkesenian Betawi hingga Indonesia juga harus diperbanyak dan ditingkatkan," kata Yahya.

Ia juga menyebut, TIM ini banyak yang merindukan, bahkan bukan hanya seniman-seniman yang di Jakarta saja, tapi juga dari luar daerah hingga ke Indonesia Timur.Yahya dikenal sebagai juru hikayat, penulis puisi, sejarah, kuliner hingga kesenian Betawi.

Senada dengan Yahya, Ketua Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Becky Mardani, juga menyebutkan TIM akan menjadi pusat peradaban bukan hanya Jakarta, tapi Indonesia. Hal ini, lanjut dia, karena TIM selain menjadi pusat Kebetawian, seharusnya bisa menjadi pusat peradaban Indonesia mengingat TIM ini berskala internasional. Artinya TIM harus bisa menjadi corong karya besar seniman dan budayawan Indonesia.

"Artinya TIM yang posisinya di Ibu Kota negara ini harus juga memenuhi standar kurasi penilaian karya seperti apa yang bisa tampil di situ, tidak semua seniman bisa tampil di sana, harus ada kualifikasi tertentu," kata Becky.

Kendati demikian, Becky juga mengharapkan bahwa dalam revitalisasi TIM ini tidak dilupakan akar sejarah dari TIM itu sendiri. TIM ini, kata Becky, diambil dari nama Ismail Marzuki yang diketahui sebagai putra Betawi asal Kwitang, Jakarta Pusat, merupakan komposer terbesar Indonesia. Karyanya sangat dikenal mulai dari sebelum kemerdekaan hingga saat ini untuk memberikan inspirasi perjuangan, asmara, hingga cinta tanah air.

"Karenanya kami harap di komplek TIM ada satu galeri, atau ruang, atau pojok atau apa yang menampilkan kebesaran karya-karya Ismail Marzuki yang ciptaannya lebih dari 200 karya tersebut hingga diakui sebagai pahlawan nasional karena karya luar biasanya," ucap Becky.

Selain penghormatan pada Komposer Betawi Ismail Marzuki, kata Becky, kearifan lokal Betawi juga diharapkan bisa diaplikasikan dalam bentuk ornamen atau bentuk lainnya yang memungkinkan sesuai secara teknis tanpa mengurangi arti rancangan modern yang diusung perancang awal. "Usulan ini kami sudah sampaikan dan harapkan diterima dan diakomodir, sehingga Betawi sebagai penduduk inti Jakarta juga merasa memiliki TIM yang baru dan megah itu," ucap Becky.

Revitalisasi pusat kesenian Taman Ismail Marzuki (TIM) yang dikelola oleh BUMD DKI Jakarta yaitu PT Jakarta Propertindo (Jakpro) tahap pertama saat ini hampir rampung dengan total persentase pengerjaan mencapai 75 persen secara keseluruhan yang dikerjakan selama 87 minggu. Tahap pertama ini, meliputi pengerjaan Gedung Panjang yang memiliki fasilitas terbanyak, kemudian Masjid Amir Hamzah dan Gedung Parkir yang disertai taman di bagian atapnya.

Sementara itu, revitalisasi tahap kedua baru mulai dilakukan sekitar satu bulan yang lalu dan saat ini sudah memasuki pengerjaan minggu ke-6 dengan persentase hampir satu persen. Untuk revitalisasi tahap dua mencakup pengerjaan Graha Bakti Budaya (GBB), peningkatan kapasitas Planetarium, hingga menyiapkan galeri kesenian.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement