Jumat 26 Mar 2021 05:24 WIB

BPIP: Tanpa Ulama dan Soekarno-Hatta, Kita tak Seindah Ini

Peran ulama pada saat perumusan Pancasila sangat berperan penting

Romo Antonius Benny Susetyo
Foto: BPIP
Romo Antonius Benny Susetyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Romo Antonius Benny Susetyo menyebut peran ulama pada saat perumusan Pancasila sangat berperan penting dan menentukan arah demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Menurut Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) itu jika tidak ada Soekarno-Hatta dan peran umat muslim (Ulama) Indonesia yang sudah rela menghapus 7 kata dalam Piagam Jakarta pada Sila pertama tidak akan seindah ini.

“Imajinasi Soekarno-Hatta itu luar biasa dan juga jika tidak ada jasa tokoh besar umat muslim, Kiai Hasyim Asy’ar, Ketua Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo, mungkin kita tidak seindah ini, dan itu kita harus catat jasa terbesar umat muslim, demi menjaga persatuan mereka rela mencabut 7 kata itu yang harus kita ingat”, ucapnya saat menjadi narasumber pada talkshow di kanal youtube Padasuka Tv Kamis, (25/3).

Dalam pembahasan pernyataan Ketua DPR RI Puan Maharani tentang “Non Muslim yang diperbolehkan masuk ke dalam Masjid Istiqlal” tersebut, Romo Benny menyambut baik karena menurutnya saat didirikan oleh pendiri bangsa, Masjid Istiqlal merupakan simbol dari kemerdekaan yang menyatu dengan Gereja Katedral yang menunjukan simbol kebinekaan.

“Nah masjid Istiqlal kan dulu dibangun bekas benteng yang disebut  “citadel “ dibangun sebagai simbol kemerdekaan, yang menyatu dengan Gereja Katedral”, ucapnya.

Ia menekankan dengan kemerdekaan bangsa Indonesia, harus mampu merawat dengan kekuatan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. “Dan memang waktu itu luar biasa, kerjasama lintas iman dalam merawat Kebhinekaan”, terangnya.

Dirinya juga mengatakan keberadaan Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal sejak dibangun tidak pernah ada persoalan, hal tersebut menunjukan simbol keberagaman yang harus dijaga oleh seluruh masyarakat Indonesia. 

“Istiqlal dan Katedral tidak hanya menjadi simbol peradaban (simbol Kebhinekaan) tetapi membawa kita semua, bahwa hebatnya bapak para pendiri bangsa kita, membawa intuisi bagaimana merajut indonesia”, tegasnya.

Dengan kerukunan yang dipupuk, maka dirinya optimis akan memperkuat struktur ekonomi bangsa, kondusifitas maupun kesejahteraan bangsa Indonesia seperti yang dicita-citakan nenek moyang kita.

“Kita punya modal, bahwa kerukunan kalau sudah dipupuk akan memperkuat struktur ekonomi, ekonomi itu kan bukan hanya sarana, barang dan jasa, tetapi hanya iklim yang saling membantu”, terangnya.

Disisi lain ia juga menyambut baik rencana Presiden Joko Widodo yang akan membangun terowongan bawah tanah menghubungkan antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. “Nah Dengan terowongan itu filosofi Pancasila, karena sebagai dasar dan pondasi bisa mempersatukan mempertemukan ragam kultural bangsa”, tutupnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement