REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit minus 2,15 persen per Februari 2021. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya permintaan.
Menyikapi hal tersebut, Bank Himpunan Milik Negara (Himbara) telah memiliki strategi untuk mendorong pertumbuhan kredit pada tahun ini. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyatakan fokus utama pertumbuhan kredit BRI akan menyasar segmen UMKM. Hal ini dikarenakan BRI melihat potensi pemberdayaan UMKM di Indonesia masih sangat besar.
“Saat ini terdapat 57 juta pelaku UMKM di Indonesia, sebanyak 30 juta diantaranya belum mendapatkan akses pendanaan yang formal,” ujar Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (28/3).
Menurutnya strategi BRI untuk memberdayakan pelaku UMKM tersebut melalui digitalisasi, yakni go smaller, go shorter, go faster. Selain itu, pertumbuhan bisnis BRI di kondisi pandemi ini juga akan dilakukan dengan tetap menjalankan strategi business follows stimulus dan ekspansi secara selektif sektor-sektor industri yang masih bertahan dan tumbuh pada masa pandemi ini.
Ke depan perseroan akan memfokuskan ke lima sektor yang potensial mendorong pertumbuhan kredit. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), saat ini ada lima sektor usaha yang berperan tinggi dalam mengerek pertumbuhan ekonomi antara lain sektor industri manufaktur, pertanian, perdagangan, konstruksi, serta akomodasi & makanan/minuman.
Kelima sektor ini menyumbang 60,1 persen pertumbuhan ekonomi nasional, dan menyerap 75,4 persen tenaga kerja. Kelima sektor usaha ini juga menjadi penyumbang terbesar permintaan kredit segmen UMKM sepanjang 2020 dan sebanyak 83 persen kredit UMKM berasal dari pelaku usaha di lima sektor tersebut.
“Lima sektor usaha tersebut patut mendapat prioritas untuk penyaluran kredit dan pemulihan ekonomi nasional. Perbaikan kondisi ekonomi nasional bisa dimulai dari terjaganya kualitas dan penyaluran pembiayaan bagi pelaku usaha di lima sektor tersebut,” ungkapnya.
Pada tahun ini, lanjut Aestika, proyeksi pertumbuhan kredit nasional oleh Bank Indonesia kisaran lima persen sampai tujuh persen, sedangkan OJK pada angka enam persen sampai tujuh persen.
“Senada dengan proyeksi tersebut dan kondisi perekonomian yang membaik, perseroan optimistis untuk mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar enam persen sampai tujuh persen pada tahun ini,” ucapnya.