REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia mengapresiasi komitmen Singapura untuk terus bekerjasama dan berinvestasi di Tanah Air. Komitmen ini juga ditegaskan pada pertemuan bilateral di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Jumat (26/3). Pertemuan tersebut dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Singapura Vivian Balakrishnan.
Investasi Singapura mencatatkan rekor tertinggi pada tahun lalu. FDI Singapura mencapai 9,8 miliar dolar AS, meningkat 34 persen dibandingkan tahun 2019. Ini merupakan rekor tertinggi dalam 6 tahun terakhir.
“Kantor kami selalu terbuka untuk inisiatif dan kolaborasi yang diprakarsai bersama untuk terus mempromosikan peluang bisnis di Indonesia dan Singapura”, tutur Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di pertemuan tersebut, dalam keterangan tertulis yang diterima, akhir pekan ini.
Pertemuan ini merupakan kelanjutan hasil pertemuan tingkat menteri Indonesia-Singapura yang sebelumnya digelar secara virtual dengan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura. Ini juga merupakan rangkaian kunjungan Menteri Luar Negeri Singapura ke beberapa negara anggota ASEAN.
“Saya berharap Indonesia dapat terus bekerja sama dengan Pemerintah Singapura terutama memperdalam kerja sama ekonomi antara kedua negara dan mengatasi tantangan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung,” ujar Airlangga.
Di kesempatan sama, Menlu Singapura Vivian Balakrishnan mengatakan pihaknya berkomitmen bekerja sama erat dengan Indonesia, dalam hubungan bilateral dan multilateral. Dia menyinggung juga kerja sama dibutuhkan untuk pulih dari ekses pandemi.
“Kita tidak dapat pulih sendirian, melainkan membutuhkan peran seluruh wilayah untuk bekerja sama,” tuturnya.
Terdapat beberapa hal penting dari kerja sama ekonomi bilateral Indonesia-Singapura, sebagaimana dibahas dalam Pertemuan Tingkat Menteri yang diadakan pada tanggal 15 Oktober 2020 yang lalu tentang Enam Kelompok Kerja Ekonomi Bilateral (6WG), yaitu Batam-Bintan-Karimun dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya, investasi, ketenagakerjaan, transportasi, agribisnis, dan pariwisata.