Ahad 28 Mar 2021 18:16 WIB

Peringati Earth Hour 2021, SCBD Gelap Gulita Selama 90 Menit

Kegiatan ini dilaksanakan oleh yayasan nirlaba Artha Graha Peduli bersama EHJKT.

Peringatan Earth Hour 2021 di SCBD, Sabtu (27/3).
Foto: Dok. Agp
Peringatan Earth Hour 2021 di SCBD, Sabtu (27/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam memperingati Earth Hour 2021, kawasan perkantoran elite di Jakarta, SCBD mematikan lampu selama 90 menit lamanya pada pukul 20.15 - 21.45, Sabtu (27/3). Ketua Umum Artha Graha Peduli Heka Hertanto mengatakan, saat ini, berdamai dengan alam adalah salah satu cara bagi manusia dalam memulihkan diri di tengah sejumlah bencana.

"Earth Hour adalah momen persatuan bagi individu, pemimpin, dan pecinta lingkungan agar bersama-sama menyerukan tindakan dan aksi nyata untuk mengembalikan hubungan manusia dan alam sekaligus merawat bumi untuk lestari," kata Heka.

Heka menuturkan, sepanjang tahun  2020 sampai saat ini warga menyaksikan dunia yang hening, udara yang bersih, warga berdiam di rumah saja dan sebagainya seolah-olah dunia bisa beristirahat selama beberapa bulan. 

"Berkaitan dengan Earth Hour 2021, AGP bersama teman-teman dari Earth Hour Jakarta mengajak semua pihak untuk bersama melakukan pemadaman listrik minimal satu jam, Sabtu (27/3). Khusus di AGP, Artha Graha Group (AGG) dan Artha Graha Network (AGN) akan memadamkan lampu mulai pukul 20.15 - 21 45 waktu setempat," kata sosok yang aktif di dunia kemanusiaan ini.

photo
Salah satu sudut SCBD yang mematikan lampu saat Earth Hour 2021. - (Dok. Agp)

Tema Earth Hour tahun ini adalah keanekaragaman hayati. Ini sejalan dengan kondisi belahan dunia yang masih dalam balutan serbuan virus. Berdasarkan data dari Kementrian Lingkungan Hidup pada tahun 2013, Indonesia memiliki luas wilayah 1,3 % dari luas permukaan bumi dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi (mega biodiversity), yaitu sekitar 17 % dari keseluruhan jenis makhluk hidup yang ada di bumi ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan perubahan iklim saat ini berada dalam kondisi kritis. Kenaikan suhu setiap tahun ditambah curah hujan ekstrem merupakan bukti masa kritis iklim.

BMKG mencatat pada 2016 dan 2019 merupakan dua tahun terpanas di Indonesia. Organisasi Meteorologi Dunia menyatakan 2019 sebagai tahun terpanas ke-2 setelah 2016.

Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat. Kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir.

"Peringatan Earth Hour 2021 yang diikuti seluruh negara sebagai upaya mengurangi dampak pemanasan global dengan memadamkan listrik untuk memberikan bumi istirahat. Ini harus menjadi refleksi bagi seluruh manusia agar berperilaku lebih ramah pada satu-satunya planet yang bisa dihuni," ujar Heka.

Di tempat yang sama wakil Earth Hour Jakarta Mayankintami mengapresiasi aksi pemadaman yang dilakukan oleh AGP selama 90 menit mulai 20.15 sampai 21.45. 

"Yang lain mematikan 60 menit, namun beda halnya dengan di sini. AGP mematikan lampu kawasan ini selama 90 menit. Pemadaman di kawasan ini aman terkendali, terlihat ramai namun protokol kesehatan tetap terjaga dengan baik. Tadi juga telah dilakukan simbolisasi pemadaman dengan pemotongan kue 60+ bersama tim Earth Hour Jakarta, Artha Graha Peduli dan PLN. Telah dilaporkan pula penurunan beban yang terjadi dengan pemadaman ini dari agenda tahun sebelumnya" ujar Mayankintami.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement