REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebagian umat Islam mengadakan acara khusus di malam Nisfu Sya'ban (tengah Sya'ban, malam 15 Sya'ban). Bagaimana dengan kebiasaan sebagian umat Islam tersebut?
Menurut Ahmad Zahro dalam bukunya Fiqih Kontemporer, Nabi Muhammad dan para sahabat tidak ada yang mengadakan acara khusus pada malam tersebut. Namun, ini tidak berarti mengadakan acara di malam Nisfu Sya'ban dilarang atau bid'ah.
Tidak. Ini sama saja dengan acara peringatan Maulid Nabi, Isra Mi'raj, Nuzulul Quran, dan lain-lain. Nabi dan para sahabat tidak pernah mengadakannya, tapi mayoritas umat Islam di dunia ini mengadakannya. Mungkinkah mayoritas umat Islam ini melakukan bid'ah yang berarti sesat dan akan masuk neraka?
Persoalan lain yang muncul adalah kalau mengadakan acara malam Nisfu Sya'ban, acara atau amalan apa yang boleh dilaksanakan? Karena tidak ada contoh dari Nabi, maka kita boleh saja mengadakan acara yang positif, tidak bertentangan dengan ajaran Nabi dan bernilai mendidik umat, seperti ceramah agama, zikir bersama, atau amalan lain yang bersumber dari ajaran Nabi, seperti yasinan, shalat taubat, banyak beristighfar memohon ampunan, sedekah dan lain-lain.
Adapun jika ada yang mengadakan sholat Nisfu Sya'ban, maka jangan lakukan itu karena shalat adalah ibadah mahdhah (murni) yang mutlak harus ada tuntunan dari Nabi. Sedang sholat Nisfu Sya'ban itu tidak ada dalam literatur fikih mazhab apa pun. Wallahualam.
Bulan Sya'ban termasuk bulan istimewa bagi umat Islam. Bulan ini juga dikenal sebagai bulan Rasulullah karena pada bulan tersebut beliau banyak berpuasa.