Senin 29 Mar 2021 08:54 WIB

Putin Alami Efek Samping Usai Vaksinasi Covid-19

Presiden Putin mengaku agak merasakan nyeri otot dan tak nyaman di bekas suntikan

Vaksin Rusia Sputnik. Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku mengalami efek samping usai penyuntikan vaksin Covid-19.
Foto: EPA-EFE/Maxim Shipenkov
Vaksin Rusia Sputnik. Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku mengalami efek samping usai penyuntikan vaksin Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin pada Ahad (28/3) lalu, mengaku mengalami sedikit efek samping usai divaksin Covid-19 dosis pertama pada Selasa (23/3), seperti diberitakan Kantor Berita Interfax, mengutip wawancana di TV.

"Saya bangun pagi keesokan harinya usai divaksin dan sepertinya saya agak merasakan nyeri otot. Saya ukur dengan termometer suhu saya normal," katanya kepada saluran Rossiya 1 TV.

Baca Juga

Putin juga mengaku merasa tidak nyaman di tempat bekas suntikan. Presiden tidak menyebutkan yang mana dari tiga vaksin Rusia yang diterimanya, mengatakan hanya dokter yang menyuntikkannya saja yang tahu soal itu.

Dilansir laman Reuters, Kremlin mengumumkan keputusan Putin bersedia divaksin Covid-19 pada Desember dan presiden menuturkan penundaan itu terjadi karena perlunya menggabungkan vaksin yang akan ia terima. Putin mengatakan bahwa semua ketiga vaksin buatan Rusia, yang paling dikenal sekaligus yang beredar luas di antaranya Sputnik V, hampir sama.

Hampir dua pertiga warga Rusia enggan disuntik vaksin Sputnik V, menurut jajak pendapat independen Levada Center, dengan sebagian besar responden mengutip efek samping sebagai alasan utama. Rusia mulai menggelar vaksinasi Covid-19 pada Desember.

Baca juga : Putin: Rusia Capai Kekebalan Kolektif Pertengahan Tahun

Senin lalu Putin mengatakan bahwa 4,3 dari 144 juta warga Rusia sejauh ini telah mendapatkan dosis kedua vaksin. Rusia mencatat 4,5 juta lebih kasus Covid-19 hingga saat ini. Putin mengaku dirinya berharap agar Rusia dapat mencapai kekebalan kawanan dan mencabut pembatasan Covid-19 pada akhir musim panas.

Kekebalan kawanan merujuk pada situasi di mana cukup banyak orang dalam populasi yang kebal terhadap infeksi sehingga secara efektif mampu menghentikan penyebaran penyakit. Dengan wabah virus corona baru, sejumlah ilmuwan berharap agar kekebalan kawanan bakal meningkat begitu antara 50-70 persen dari populasi mempunyai kekebalan terhadap infeksi.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement