REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Pemerintah Venezuela Ahad kemarin menuduh Facebook melakukan "totaliterisme digital" setelah membekukan halaman Presiden Nicolas Maduro selama 30 hari. Pembekuan akun itu, dilakukan Facebook karena Maduro diduga melanggar kebijakan terhadap penyebaran informasi yang salah tentang Covid-19.
Mengutip Reuters Senin (29/3) Facebook mengatakan bahwa pihaknya juga telah menghapus video Maduro yang mempromosikan Carvativir, obat buatan Venezuela yang diklaimnya bisa menyembuhkan, meski obat itu diketahui belum terbukti. Facebook menambahkan, pihaknya akan tetap mengikuti pedoman dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan virus corona.
Dalam sebuah pernyataan Ahad kemarin, kementerian informasi Venezuela mengatakan, Facebook mengejar konten yang diarahkan untuk memerangi pandemi. "Kami menyaksikan totaliterisme digital yang dilakukan oleh perusahaan supranasional yang ingin memaksakan hukum mereka di negara-negara di dunia," kata kementerian itu. Namun demikian, Facebook tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Lebih jauh, meski akunnya ditangguhkan, Maduro menyatakan dalam kicauannya di Twitter bahwa dia akan menyiarkan pengarahan virus Corona di akun Facebook istrinya, Silia Flores.
Hingga kini, para dokter di Venezuela telah memperingatkan, efek Carvativir terhadap virus Corona belum diketahui. Metode obat itu berasal dari thyme, ramuan yang telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan tradisional.