Senin 29 Mar 2021 09:36 WIB

IHSG Dibuka Naik Seiring Penguatan Bursa Global 

IHSG hari ini akan melanjutkan penguatannya hingga akhir perdagangan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. IHSG Senin (29/3) dibuka menguat 0,16 persen atau naik 10 poin ke level 6.205. Sementara indeks LQ45 menguat 0,14 persen.
Foto: Antara/Reno Esnir
Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. IHSG Senin (29/3) dibuka menguat 0,16 persen atau naik 10 poin ke level 6.205. Sementara indeks LQ45 menguat 0,14 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona positif pada perdagangan awal pekan ini, Senin (29/3). IHSG dibuka menguat 0,16 persen atau naik 10 poin ke level 6.205. Sementara indeks LQ45 menguat 0,14 persen.

Phillip Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG hari ini akan melanjutkan penguatannya hingga akhir perdagangan. Pergerakan IHSG ini sejalan indeks saham Asia yang cenderung naik pagi ini mengikuti Wall Street yang ditutup menguat pada perdagangan semalam. 

Saham utama di Wall Street di tutup naik tajam dengan Nasdaq kembali berada di atas level 13.000. Sementara S&P 500 mencatatkan rekor penutupan tertinggi meskipun investor masih merasa khawatir mengenai lonjakan imbal hasil (yield) obligasi dan pemulihan ekonomi global. 

"Salah satu katalis yang mendorong kenaikan indeks saham di Wall Street adalah pengumuman oleh the Fed bahwa perbankan dapat melanjutkan program pembelian kembali saham (buyback) dan meningkatkan pembayaran dividen mulai akhir bulan Juni," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (29/3). 

Sebelumnya, the Fed mengatakan akan membatalkan larangan buyback dan pembayaran dividen pada akhir kuartal pertama 2021. Meskipun sedikit tertunda, langkah ini memberi angin segar dan kepastian bagi investor.

Faktor lain pendorong kenaikan indeks adalah redanya ketakutan mengenai inflasi setelah data memperlihatkan tekanan harga yang masih lemah. 

Dari Asia, investor mencerna data Industral Profit China yang mencapai 170,3 miliar dolar AS dalam dua bulan pertama tahun ini, lompat 179 persen dari pencapaian pada periode yang sama tahun lalu. 

"Ini, secara spesifik, adalah sinyal dari pulihnya sektor manufaktur dan secara umum bergairahnya kembali aktivitas ekonomi China," terang Phillip Sekuritas Indonesia. 

Untuk minggu ini, menurut riset, investor akan mengantisipasi beberapa kejadian yang dapat mempengaruhi arah pergerakan indeks. Investor akan menantikan pengumuman Presiden Joe Biden mengenai rincian dari rencana infratruskturnya yang senilai 3-4 triliun dolar AS pada hari Rabu di kota Pitsburgh. 

Pada hari Kamis, investor akan memantau pertemuan OPEC Plus yang akan membicarakan level produksi untuk bulan Mei. Dari sisi makroekonomi, investor akan menantikan rilis data manufacturing PMI sejumlah negara di dunia pada 1 April serta rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) AS untuk bulan Maret pada Jumat. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement