Senin 29 Mar 2021 11:00 WIB

Keutamaan Menyampaikan Kebenaran pada Penguasa Zalim 

Ada keutamaan dari menyampaikan kebenaran dari penguasa zalim.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Keutamaan Menyampaikan Kebenaran pada Penguasa Zalim . Foto:   Memberi nasihat merupakan anjuran agama (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Keutamaan Menyampaikan Kebenaran pada Penguasa Zalim . Foto: Memberi nasihat merupakan anjuran agama (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Miftachul Akhyar menjelaskan ada jihad yang paling disenangi oleh Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam hadits nomor 209 dalam kitab Jami'us Shogir. Yaitu adalah kalimatul haqqin atau penyampaian amar maruf nahi munkar. Dalam arti ucapan-ucapan, atau usulan-usulan yang benar yang disampaikan kepada pejabat pemerintah yang zalim. Maka hal itu pun termasuk jihad dan lebih disenangi Allah dari pada jihad-jihad lainnya atau jihad fisik. Kiai Miftachul menjelaskan menyampaikan ucapan yang benar atau kritik yang membangun kepada pejabat yang zalim berisiko lebih besar. Bahkan dapat membuat orang yang mengeluarkan ucapan kebenaran tersebut mendapatkan sanksi. 

"Kalau ucapan-ucapan yang benar, usulan yang benar, kritikan yang membangun yang diucapkan pada pejabat ini risikonya lebih besar. Sudah banyak buktinya orang yang kritik pada pemerintah ditangkap, dituntut, dijebloskan ke penjara dan sebagainya. Atau lebih banyak kalahnya lah kalau menghadapi pemerintah, dari pada menangnya. Jadi risikonya lebih besar. Tapi harapannya menang, pemerintah mengikuti karena ini kritik membangun, kritik perbaikan. Siapa-siapa yang berani menyampaikan kritik-kritik membangun, kritik kebenaran, kepada pemeritnah itu suatu perjuangan yang lebih dicintai oleh Allah," kata kiai Miftachul dalam pengajian virtualnya membahas kitab Jami'us Shogir yang juga disiarkan akun resmi YouTube MUI Official pada Sabtu (27/3). 

Baca Juga

Meski begitu, kiai Miftachul Akhyar menjelaskan dalam penyampaian kebenaran atau kritikan yang membangun kepada pejabat yang zalim perlu pertimbangan aturan-aturan. Karena itu, jelas dia menyampaikan kebenaran tidak cukup bermodal keberanian dan apa yang diperjuangkan adalah benar. Namun harus memperhatikan agar apa yang disampaikan tidak memunculkan kemudharatan yang baru. Sebab jelas dia banyak orang yang berupaya untuk melakukan amar makruf nahi munkar namun justru mendatangkan perbuatan munkar yang lebih besar. 

Selain itu dalam menyampaikan kebenaran atau memberikan kritikan yang membangun maka yang harus dipertimbanhkan juga adalah kebenaran atau kejelasan dari konten atau masalah yang akan dikritik. Sehingga jangan sampai mengeluarkan kritik tentang sesuatu masalah yang belum jelas informasinya atau masih isu, yang justru akan menimbulkan kegaduhan.  

"Dia melakukan itu dengan alasan menolak bahaya, menolak madorot, tapi madorot yang diperjuangkan masih mauhum masih perkiraan, masih perasaan, belum kenyataan. Kalau mau sampaikan kritik nyatakan dulu bahwa barang ini (masalahnya) harus sudah pasti," kata kiai Miftachul yang juga pengasuh Pondok Pesantren Islam Miftachus Sunnah Surabaya.

Maka menurutnya selain jihad fisik terdapat jihad lisan yang risikonya lebih besar yaitu menyampaikan kebenaran, memberikan kritik yang membangun kepada pejabat yang zalim. Pada intinya menurut kiai Miftachul Akhyar Islam menghendaki dalam menyelesaikan suatu masalah yang munkar dengan indah dan tidak dengan cara kekerasan yang justru dapat menimbulkan citra negatif pada Islam. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement