Senin 29 Mar 2021 11:53 WIB

'Bom di Tempat Ibadah Resahkan Masyarakat Lintas Agama'

Kasus serangan terhadap tempat ibadah tak bisa dipandang sebelah mata. I

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
Anggota polisi mengumpulkan sisa serpihan ledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021). Kepolisian masih melakukan olah TKP serta mengumpulkan serpihan sisa ledakan pada hari kedua pascaledakan bom bunuh diri yang terjadi pada Minggu (28/3/2021) di depan gereja tersebut.
Foto: ANTARA/Arnas Padda
Anggota polisi mengumpulkan sisa serpihan ledakan bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021). Kepolisian masih melakukan olah TKP serta mengumpulkan serpihan sisa ledakan pada hari kedua pascaledakan bom bunuh diri yang terjadi pada Minggu (28/3/2021) di depan gereja tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala menyoroti kasus bom di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Ia menilai bom di tempat ibadah dapat membuat keresahan masyarakat lintas agama meningkat.

Adrianus menilai pemilihan lokasi gereja bukan hanya sekadar lokasi yang bakal menarik perhatian publik atau sebagai tempat berkumpulnya orang. Menurutnya, gereja dipilih guna menyalurkan dendam pelaku.

Baca Juga

"Di situ hal yang menurut saya mengkhawatirkan. Karena ada kebencian yang terpendam dari kalangan tertentu di masyarakat Indonesia. Sehingga, dalam rangka menyalurkan aspirasi politik mereka secara ekstrim, maka dipilihlah hal yang selama ini dipendam. Kebencian diluapkan dalam bentuk serangan teror," kata Adrianus pada Republika.co.id, Senin (29/3).

Adrianus mengkhawatirkan bom di tempat ibadah akan menimbulkan situasi yang tidak enak pada semua agama. Pada satu sisi, Agama Kristen merasa bahwa ternyata diam-diam atau terang-terangan ada yang tidak suka dan memusuhi. Walau tak jelas sebab kebenciannya apa.