REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Terorisme asal Universitas Indonesia Ridwan Habib menduga triaceton triperoxide (TATP) merupakan bahan peledak yang dipakai oleh pelaku dalam aksi di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Ia mengungkapkan bahan peledak itu bisa diperoleh secara daring.
Ridwan mendasari dugaannya dengan mengamati flare atau nyalanya api dan kualitas asap dalam video pengeboman yang beredar di dunia maya. "Memang ya kalau saya lihat dari flare-nya, asap yang mengepul di sekitar lokasi dan kepadatan bahannya ini kayaknya jenis TATP. Mengkhawatirkannya, TATP bisa dicari secara online," kata Ridwan pada Republika.co.id, Senin (29/3).
Ridwan menyebut bahan peledak TATP sebenarnya turut dipakai oleh pelaku bom gereja di Surabaya pada 2018 lalu. Dalam aksi pengeboman itu, pelaku terungkap memperoleh bahan peledaknya secara daring. Ia juga menduga pelaku perakitan bom bukan amatir.
"Saya lihat-lihat dari cara merakitnya orang ini (pembuat bom Katedral Makassar, Red) nampaknya paham cara perakitan bom ya," ujar Ridwan.
Atas dasar ini, Ridwan menyebut ada dua kemungkinan terhadap pelaku. Pertama, pelaku bisa jadi seorang mantan napi terorisme yang punya pengalaman merakit bom. "Atau dia masuk daftar pencarian orang terorisme tapi belum tertangkap," ucap Ridwan.
Polri mengungkapkan pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, merupakan anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) pada Ahad (29/3). Pelaku pengeboman dua orang terdiri dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Pelaku laki-laki berinisial L, sedangkan pelaku perempuan masih dalam proses identifikasi.
Dalam aksi teror itu, kedua pelaku tewas. Adapun 20 orang terluka akibat peristiwa tersebut. Mereka di antaranya merupakan masyarakat dan petugas keamanan gereja.