Sabtu 03 Apr 2021 07:11 WIB

Heboh Kasus Dugaan Pemerkosaan di Gedung Parlemen Australia

Heboh Kasus Dugaan Pemerkosaan di Gedung Parlemen Australia

Red:
Heboh Kasus Dugaan Pemerkosaan di Gedung Parlemen Australia
Heboh Kasus Dugaan Pemerkosaan di Gedung Parlemen Australia

Seorang petugas keamanan Gedung Parlemen Australia yang bertugas pada malam ketika dugaan pemerkosaan Brittany Higgins terjadi, buka suara kepada program Four Corners ABC.

Satpam bernama Nikola Anderson telah bekerja di sana selama 12 tahun dan kebetulan bertugas malam pada saat kejadian.

Nikola adalah orang pertama yang menemukan Brittany Higgins, staf Partai Liberal, di kantor Menteri Industri Pertahanan yang saat itu dijabat oleh Senator Linda Reynolds

Brittany mengaku jika ia diperkosa oleh rekan kerjanya di ruangan Senator Linda di malam itu.

Ibu tiga anak yang tinggal di pinggiran kota Canberra ini adalah seorang petugas keamanan Parlemen yang berpengalaman.

Pada tanggal 22 Maret 2019, ia mendapat giliran kerja Pukul 23.00 - 07.00.

Ia masuk kerja seperti biasa.

"Saya berpatroli di kantor para menteri, memastikan semua pintu terkunci dan tak ada seorang pun berada di sana," katanya.

'Agak mengejutkan kami'

Sementara itu, tak jauh dari Gedung Parlemen, Brittany dan seorang rekan pria meninggalkan klub malam bernama 88mph, setelah minum-minum.

Pria itu menawarkan tumpangan taksi, yang diiyakan oleh Brittany.

Namun pria itu berdalih harus mampir ke Gedung Parlemen untuk mengambil sesuatu.

CCTV menunjukkan kedua orang ini tiba di pintu masuk kantor menteri di Gedung Parlemen pada Pukul 1:50 pagi.

Nikola menyambut mereka di meja resepsionis petugas keamanan.

"Agak mengejutkan kami karena mereka datang pada pukul dua pagi. Saat itu Jumat malam, Sabtu pagi," katanya.

"Keduanya berjalan bersama. Brittany mengenakan gaun koktail warna putih. Saya perhatikan bahwa ada noda rumput di satu sisi tubuhnya pada gaun putih itu," ujar Nikola.

"Pria itu berpakaian bagus juga. Aneh bagi kami bahwa mereka sama-sama ada di sana, ingin masuk ke kantor," tutur Nikola.

"Rekan saya sempat menanyakan: 'astaga, tidak bisakah menunggu sampai hari Senin?' Pria itu menjawab: 'tidak bisa'," tambahnya.

Petugas keamanan mengatakan Brittany terlihat mabuk

Nikola kemudian memulai prosedur pemeriksaan keamanan.

Kedua orang tersebut tidak membawa kartu izin parlemen, jadi Nikola meminta ID mereka.

Setelah dicocokkan dengan database internal, ditemukan kedua orang ini memegang kartu izin dan terdaftar bekerja di kantor Senator Linda Reynolds.

Ketika Brittany melewati detektor, ternyata alarm bunyi kerena sepatunya dan dia disuruh melepas sepatunya dan mencobanya lagi.

"Saat dia memakai kembali sepatunya setelah melewati detektor, ternyata dia tidak bisa melakukannya," ujar Nikola.

"Begitulah sampai saya menyadari betapa mabuknya perempuan ini," tambahnya.

Nikola memberikan kartu yang dikenal sebagai Pas Identifikasi Positif, atau kartu hijau, yang memungkinkan pemegangnya memiliki akses tanpa batas dan tanpa pengawalan.

Dia membawa kedua orang ini ke kantor Senator Reynolds, membukakan kunci pintu dan membiarkan mereka masuk sebelum kembali melanjutkan tugasnya.

Tinggalkan gedung parlemen dengan terburu-buru

Begitu berada di dalam kantor, menurut pengakuan Brittany, rekan prianya itu mulai mencari barang yang dia perlukan.

Brittany sendiri mengaku tertidur di sofa.

Dalam wawancara kepada news.com.au dan Ten Project dari saluran Network Ten, Brittany mengaku terbangun dan menemukan pria itu sudah berada di atas tubuhnya.

"Saya terbangun di tengah pemerkosaan," ujarnya.

"Saya tidak tahu bagaimana bisa tahu dia sudah selesai, tapi saya merasa itu terjadi beberapa waktu atau dia hampir selesai. Ia sangat berkeringat. Saya tidak bisa melepaskannya. Di saat itulah saya mulai menangis."

CCTV menunjukkan pria itu meninggalkan Gedung Parlemen pada Pukul 2:35 pagi, kurang dari satu jam setelah dia tiba bersama Brittany.

Pada Pukul 3:00 pagi, Nikola menemui petugas keamanan lainnya yang berjaga di pintu masuk.

Dia mengatakan kepada Nikola jika pria itu bertingkah aneh ketika meninggalkan gedung parlemen.

"Rekan saya mencoba berbicara dengannya dan dia sepertinya sangat terburu-buru," katanya.

"Saat itulah saya dan kolega memutuskan untuk melaporkan hal ini ke pemimpin tim bahwa ada sesuatu yang aneh sedang terjadi," ujar Nikola.

Mengecek kondisi saat waktu subuh

Ketua tim keamanan meminta Nikola untuk kembali memeriksa keadaan Brittany.

Pada Pukul 4:20 pagi, dia pun menuju ke kantor Senator Reynolds.

"Saat saya mendekati kantor itu, saya membuka pintu dan menyampaikan siapa saya. Tidak ada tanggapan apa pun," ucapnya.

"Saat membuka pintu, melihat perempuan itu berbaring telentang, telanjang bulat, di ruang tunggu yang bersebelahan dengan pintu," kata Nikola.

Brittany, katanya, sempat membuka mata tapi kemudian membalikkan tubuhnya ke samping.

"Saya anggap dia sadar. Dia bernapas. Dia tidak terlihat seperti sedang tertekan. Dia hanya meneruskan tidur malamnya. Dan dengan itu, saya menutup pintu, keluar dari sana," tutur Nikola.

"Saya memastikan martabatnya utuh dengan menutup pintu kantor ini. Saya melakukan hal yang tepat dengan menjaga martabatnya tetap utuh," tambahnya.

Pada saat Nikola menyelesaikan shiftnya pada Pukul 7 pagi, Brittany masih belum keluar dari kantor itu.

Seorang petugas keamanan perempuan kemudian dikirim untuk melakukan pemeriksaan.

Brittany bekalangan diketahui baru meninggalkan Gedung Parlemen pada Pukul 10:00 pagi menggunakan Uber ke rumahnya di Canberra.

Klaim adanya pelanggaran keamanan

Pada hari Senin atau dua hari setelah kejadian, Brittany dan pria tersebut kembali masuk kantor seperti biasanya.

Sehari kemudian, pria itu dipanggil ke kantor Kepala Staf Fiona Brown.

Menurut Brittany, pria itu meninggalkan kantor mereka dengan kepala tertunduk dan langsung membersihkan mejanya dan pergi.

Pada Februari 2021, PM Scott Morrison menegaskan pria itu telah diberhentikan dengan alasan "pelanggaran keamanan".

Tapi Nikola mempertanyakan alasan tersebut.

"Pelanggaran keamanan apa yang terjadi? Sebab pada malam kami bertugas itu, sama sekali tidak ada pelanggaran keamanan," ujarnya.

"Kartu mereka memungkinkan mereka untuk kemana saja di Gedung Parlemen. Jika kartu itu tidak bisa dipakai di ruangan menteri itu, maka ceritanya akan lain lagi, karena kita tidak akan memperbolehkan mereka masuk, karena itu bukan kantor mereka, tak ada urusan untuk berada di sana."

"Tapi keduanya bekerja untuk menteri Linda, mereka punya akses ke sana, itulah alasannya kita memperbolehkan mereka ke sana," jelas Nikola.

Nikola menganggap PM Morrison telah menerima "informasi yang salah" soal pelanggaran keamanan.

Program Four Corners telah meminta penjelasan dari kantor PM Morrison soal pelanggaran keamanan yang dimaksud, tapi mereka menolak berkomentar karena masalah itu sedang diselidiki polisi.

Polisi Ibu Kota Australia (ACT Police) mengontak Nikola sepekan lalu, hampir dua tahun sejak dugaan pemerkosaan terjadi, untuk dimintai keterangan.

Ia mengatakan memutuskan bicara kepada Four Corners karena ia takut malah akan "dikambinghitamkan" dan kehilangan pekerjaan jika ada kritikan bagaimana keamanan menangani masalah itu.

"Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi kecuali saya," kata Nikola.

"Jadi jika saya bisa menghubungkan apa yang kurang diketahui olehnya (Brittany), mengapa tidak? Ini juga akan membuat saya baik di mata publik, karena keamanan telah melakukan sesuatu."

"Keamanan melakukan apa yang bisa dilakukan dan akan melakukan lebih banyak jika dibutuhkan."

Dirpoduksi dan dirangkum oleh Farid M. Ibrahim. Laporan lengkapnya bisa dibaca di sini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement