REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Al Chaidar, Pengamat Intelijen dan Terorisme.
Peristiwa menggemparkan di Makassar yang terjadi pada 28 Maret 2021 adalah sebuah bom bunuh diri keluarga.
Bom bunuh diri keluarga ini maknanya adalah bahwa pelakunya terdiri atas pasangan suami istri dan biasanya kalau mereka memiliki anak, akan juga diikutsertakan di dalam operasi amaliah bunuh diri tersebut.
Kalau kita melihat kasus bom Makassar dari perspektif antropologi di mana sebelumnya sudah ada penelitian tentang bom bunuh diri keluarga tahun 2018 yang terjadi di beberapa gereja di Surabaya.
Keterangan foto: Terduga pelaku bom bunuh diri di Makassar yang merupakan sepasang suami istri.
Kesimpulan sederhana yang bisa diambil adalah bahwa pelakunya adalah sepasang suami istri. Bom bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga di Surabaya dan Sidoarjo. Ledakan terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Utara, Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro 146, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuna.
Dunia tersentak oleh fenomena aneh yang tak terjelaskan oleh teori mana pun tentang sikap radikal yang diambil oleh sebuah keluarga, bersama-sama melakukan bunuh diri di tempat yang dipersepsikan sebagai tempat kafir.
Baca juga : MUI Meminta Bom Makassar Tidak Dikaitkan dengan Agama
Pemilihan target gereja menunjukkan betapa ideologi Wahabi tak menghargai nilai kemanusiaan. Ledakan bom di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro Surabaya, Jawa Timur, diperkirakan terjadi sekira pukul 07.45 WIB. Pelaku diduga seorang ibu yang membawa dua anak usia di bawah lima tahun (balita). Ketiganya tewas seketika di lokasi kejadian.
Semua serangan teroris biasanya tak melibatkan anak-anak balita sebagai prajurit pelaku perang sektarian terorisme. Tak terpikirkan bagaimana pada awalnya seorang ibu dengan menggandeng dua orang anak usia balita memaksa memasuki ruang kebaktian di GKI Jalan Diponegoro Surabaya pada sekira pukul 07.45 WIB.
Saat itu kebaktian di GKI Jalan Diponegoro Surabaya belum dimulai. Menurut jadwal, kebaktian akan berlangsung pada pukul 08.00 WIB. Ibu dan dua anaknya yang berupaya masuk ke ruang kebaktian ini sempat dihalau oleh seorang petugas keamanan di pintu masuk GKI di Jalan Diponegoro, Surabaya.