REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Hinca Panjaitan membantah adanya pergeseran ideologi dan demokrasi di internal partai. Jika Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko paham ideologi partai, ia memintanya untuk menyanyikan mars Partai Demokrat.
"Kalau Pak Moeldoko paham betul, cobalah Pak Moeldoko nyanyikan mars Partai Demokrat. Di situlah (mars) ikhtiar, di situlah doa, di situlah semangat, di situlah tujuan," ujar Hinca di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (29/3).
Sebagai mantan sekretaris jenderal, Hinca menjelaskan bahwa Demokrat adalah partai nasionalis-religius. Di mana partainya menampung semua elemen, kelompok, dan golongan di masyarakat.
"Sekali lagi saya katakan semua yang disampaikan Pak Moeldoko saya tolak dan tidak benar. Sebab di Demokrat kami ini adalah Demokrat-Demokrat sejati," ujar Hinca.
Moeldoko, disebut Hinca justru orang yang tidak mengerti tentang Partai Demokrat. Terbukti dari pernyataannya yang justru tak menggambarkan semangat dari Partai berlambang bintang mercy itu.
"Kami paham betul tentang itu dan karena itulah Demokrat kami menyebut sekali lagi nasionalis yang religius," ujar anggota Komisi III DPR itu.
Baca juga :Menpan: Ada Sanksi Bagi ASN yang Nekat Mudik
Sebelumnya, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko akhirnya buka suara usai dirinya ditunjuk sebagai ketua umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang, Sumatera Utara. Ia mengatakan, ada kekisruhan yang berujung pada bergesernya arah demokrasi di dalam partai berlambang bintang mercy itu.
"Saya ini orang didaulat untuk memimpin Demokrat dan kekisruhan sudah terjadi, arah demokrasi sudah bergeser di dalam tubuh Demokrat," ujar Moeldoko dalam keterangan video yang diunggah di akun Instagramnya, Ahad (28/3).
Ia melihat, terdapat situasi khusus dalam perpolitikan nasional, yaitu telah terjadi pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024. Pertarungan tersebut disebutnya terstruktur dan menjadi ancaman bagi cita-cita menuju Indonesia Emas 2045.
"Ada kecenderungan tarikan ideologis itu terlihat di tubuh Demokrat. Jadi, ini bukan hanya sekedar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa dan negara," ujar Moeldoko.